WABAH Covid-19 berdampak besar pada semua aspek kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk pendidikan. Sekolah-sekolah di seluruh dunia ditutup karena negara-negara membatasi pergerakan rakyatnya akibat pandemi. Pada puncak pandemi Covid-19 tahun 2020, lebih dari 190 negara menutup sekolahnya.
“Menurut data UNESCO, sebanyak 1,6 miliar anak dan remaja terkena dampak Covid-19 tersebut,” ucap Prof Dr Saifuddin ketika awal pidato pengukuhan guru besar di Aula Cut Mutia, Bukit Indah, Lhokseumawe, Selasa (11/7/2023).
Dalam orasinya berjudul “Strategi untuk Mengoptimalkan Kegiatan Belajar Selama Pandemi Covid 19 dan New Normal” itu, Prof Saifuddin memaparkan kondisi pendidikan di Kota Langsa, Aceh, ketika Pandemi Covid 19 dan new normal yang berlangsung telah mengalami gangguan yang menyebabkan pemerintah harus melakukan berbagai strategi untuk menanggulangi kendala yang ada.
Prof Dr Saifuddin lahir di Gampong Paya Laman, Aceh Timur dari pasangan Tgk Muhammad Yunus dan Siti Amanah. Ia tumbuh dan besar dengan kondisi gampong tanpa listrik dan jalan yang tidak beraspal. Kondisi itu menjadi tantangan utama bagi keluarga Alm. Tgk Muhammad Yunus untuk mendukung cita-cita anaknya.
Ia tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang peduli dengan pendidikan serta agama, sehingga menjadikannya sebagai sosok yang konsisten dalam mengejar ilmu dan prestasi sampai saat ini.
Saifuddin muda menyelesaikan S1-nya di Jurusan Bahasa Arab di UIN Ar-Raniry di Banda Aceh dari 1988 sampai 2002. Pada 2003 sampai 2005, ia berada di Malaysia untuk melanjutkan studi magisternya di Prodi Sosiologi Antropologi, Universiti Kebangsaan Malaysia. Empat tahun kemudian, ia melanjutkan studi doktoralnya di prodi dan universitas yang sama dari 2009 sampai dengan 2013.
Saifuddin menjadi dosen di Universitas Malikussaleh pada 2006 dan telah meluluskan lebih 100-an sarjana. Selama di Universitas Malikussaleh, ia banyak mendapat dana hibah penelitian dan pengabdian untuk mengembangkan keilmuannya dan banyak menerbitkan buku serta artikel di jurnal.
Melalui kontribusi dalam dunia akademik itu, pada 1 April 2023 lalu, ia dinaikkan jabatan akademiknya dari Lektor Kepala menjadi profesor atau guru besar di bidang Sosiologi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Pengangkatan itu sekaligus menjadikan Saifuddin sebagai salah satu profesor termuda di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik bahkan di Universitas Malikussaleh saat ini. Saifuddin menjadi guru besar pada usia 44 tahun yang membuatnya masih memiliki waktu panjang untuk mengabdi bagi Universitas Malikussaleh, bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan, bahkan bagi bangsa, negara, dan agama.
Dari Luring ke Daring
Menurut Saifuddin, pandemi Covid-19 telah mengganggu sistem pendidikan di seluruh dunia. Setelah pemerintah menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hubungan guru dan murid yang menjadi landasan pertumbuhan anak didik juga terganggu.
“Ini memiliki konsekuensi serius dan tentunya menyebabkan terganggunya proses pembelajaran, terutama selama pengajaran jarak jauh darurat,” terang Saifuddin.
Sejumlah sekolah, guru, dan murid di Kota Langsa mengalami dampak serius dari wabah ini. “Sebayak 133 sekolah harus ditutup, 3.490 guru, dan 38.828 siswa harus mengikuti pembelajaran secara daring atau online,” sebutnya.
Dalam menghadapi kondisi ini, Pemerintah Kota Langsa melakukan berbagai strategi untuk memotivasi kembali semangat belajar para siswa. “Strategi yang dilakukan antara lain dengan membuka fasilitas seperti belajar online, subsidi kuota internet, traning IT, visit home, Madrasah Award, dan juga kemah bahasa asing,” terang Saifuddin.
Ketika masuk new normal, pemerintah melakukan strategi dengan menerapkan aktivitas baru di lingkungan sekolah. “Setelah pencabutan PPKM, banyak sekolah kita lihat masuknya berjadwal, juga menyediakan disinfektan, kantin di sekolah juga ditutup, tidak ada jam olahraga, dan durasi belajar dipersingkat,” lanjutnya.
Peran Orang Tua
Walaupun pemerintah melakukan banyak upaya dalam mengoptimalkan pendidikan di masa pandemi dan new normal, perlu juga peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak. “Orang tua dapat menjadi edukator, motivator, fasilitator, dan mentor utama ketika anak-anak berada di rumah,” tambah Saifuddin.
Menurutnya, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi institusi pendidikan. Dalam pandangan fungsionalisme struktural apabila satu bagian mengalami masalah maka akan berpengaruh pada bagian lain.
Kondisi pandemi di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia, telah menyebakan terganggunya proses belajar mengajar di Kota Langsa. Pada awal pandemi sekolah harus tutup dan belajar secara daring, kemudian ketika Covid-19 mulai melandai sekolah dibuka dengan menjaga protokol kesehatan.
Strategi yang dilakukan pemerintah dengan mensubsidi kuota internet agar belajar dapat terlaksana. Bagi yang ada kendala dengan IT pemerintah setempat juga mengadakan pelatihan. Untuk memotivasi kembali semangat belajar pemerintah memberikan sejumah penghargaan bagi yang berprestasi. Peran orang tua dan pemerintah sangat penting dalam menumbuhkan kembali semangat belajar siswa yang terganggu karena Covid-19. [Faizul Aulia/Ayi Jufridar]