KKN K 13 Unimal Partisipasi pada "Khanduri Keubiri" di Muara Batu ACeh Utara

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa KKN Unimal Kelompok 13 Gampong Paloh Raya mempersiapkan daging untuk khanduri keubiri, Kamis (19/10/2023). Foto : Ist

UNIMALNEWS | Reuleut - Mahasiswa KKN-PPM XXXIV Kelompok 13 Universitas Malikussaleh berpartisipasi pada kehanduri top blang atau dikenal juga dengan istilah Khanduri Keubiri (biri-biri), sebuah tradisi kenduri dalam budaya bersawah,yang dilaksanakan di Gampong Paloh Raya Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, Kamis (19/10/2023).

Menurun Geuchiek Paloh Raya, Hazairin, kegiatan Kenduri Keubiri merupakan tradisi masyarakat Aceh di akhir masa tanam padi atau disebut dengan kenduri penutup dalam bersawah (khanduri top blang). Kediatannya dimulai dengan serangkaian salawat Nabi dan berdoa untuk keberhasilan panen di masa depan.

Menurut Hazairin, bahwa Kenduri Keubiri ini merupakan kenduri ketiga atau kenduri penutup setelah dilaksanakan dua kenduri lainnya.

“Sebelum kenduri Keubiri ini dilakukan, ada kenduri pertama dan kedua yang dilaksanakan. Kenduri pertama bernama kenduri Manok (ayam) untuk doa awal turun kesawah dan membajak sawah. Kemudian yang kedua ada kenduri Ie Bu (bubur) sebagai kenduri saat menyemai bibit padi. Setelah dua kenduri yang tadi dilaksanakan selanjutnya ada kenduri Keubiri (biri-biri) yang merupakan kenduri terakhir yang dilaksanakan untuk meningkatkan hasil panen dan mencegah serangan hama agar hasil panen menjadi bagus,” ujarnya.

Dari informasi yang didapatkan oleh ketua kelompok KKN 13, Gusfanul Maraf, kegiatan ini berlangsung selama hari hari, dimana setiap malamnya diadakan doa-doa dan pada hari ketiga dilakukan proses memasak kari biri. Proses penyembelihan biri-biri dilakukan dengan memperhatikan tata cara yang benar. Darah biri-biri dialirkan ke air persawahan dan kulit serta bulunya diletakkan di pinggir persawahan. “Masyarakat Aceh percaya bahwa tindakan ini dapat mencegah serangan hama dan meningkatkan hasil panen,” sambung Gusfanul.

Pada saat kenduri biri-biri itu, dosen pembimbing lapangan, Teuku Kemal Fasya, turut hadir dan merasakan gurihnya masakan gulai biri-biri itu. “Saya baru pertama kali mengikuti tradisi khanduri top blang ini. Sangat baik dalam menjaga solidaritas warga dalam tradisi menanam padi,” tutupnya. [tkf]


Kirim Komentar