Mahasiswa KKN-PMM K-38 Kunjungi Sentra Produk Garam di Dewantara

SHARE:  

Humas Unimal
Foto ist

*Mahasiswa KKN PPM 03

UNIMALNEWS | Krueng Geukuh - Mahasiswa KKN Kelompok 038 Universitas Malikussaleh, berkunjung ke lokasi proses pembuatan garam secara intensif di Gampong Blukai Teubai, Kecamatan Dewantar, Aceh Utara.

kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam memberikan kontribusi positif kepada masyarakat Gampong Bluka Teubai, Kecamatan Dewantara Aceh Utara, Sabtu (21/10/2023).

Kunjungan mahasiswa KKN tersebut untuk memahami seluk beluk produksi garam. Dimana, proses ini melibatkan beberapa tahap, di awali dengan pengumpulan air laut, penguapan, penyaringan hingga pengemasan yang dilakukan secara tradisional.

"Untuk melihat bagaimana proses pembuatan garam tradisional di Gampong Bluka Teubai, kami berinisiatif untuk meningkatkan proses garam ke standar yodium, selain itu juga kami ingin membuat packaging garam yang lebih menarik sehingga akan lebih menarik perhatian konsumen," ujar Muhammad Fachrul Ketua Kelompok KKN PPM 038.

Salah seorang petani garam, Ibu Asiyah (62 tahun) yang memproduksi garam tradisional, menuturkan bahwa dirinya sudah menekuni usaha tersebut selama 50 tahun

"Saya sudah membuat garam sejak umur 12 tahun sampai sekarang, dalam melihat kualitas air garam tersebut biasanya menggunakan termometer tapi karena kami kekurangan alat tersebut kami memanfaatkan biji kemiri untuk melihat kualitas air garam apabila biji kemirinya tenggelam maka kualitasnya buruk, dan apabila biji kemirinya mengapung maka kualitas garamnya bagus. Proses pembuatan garam tahap akhir melalui pembakaran biasanya 3-4 jam pembakaran", ujarnya. 

Sementara itu, ibu Yusmiati (64 tahun) menjelaskan "setelah proses pembakaran biasanya garam akan dijemur selama 15 hari, setelah itu baru bisa diproduksi. untuk perolehan bibit garam biasanya di ekspor dari Medan-Madura dengan harga Rp350.000/50kg".

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Asiasil endapan pembakaran garam ini dihasilkan air kuloh. Air kuloh ini bisa dijadikan untuk pupuk, tanah dalam perkebunan maupun pertanian. Dengan nilai harga jual seharga Rp 30.000/jirigen, ungkap petani garam tersebut.(mcl)


Berita Lainnya

Kirim Komentar