UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Dosen dan mahasiswa Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Gampong Hagu Teungoh, Kota Lhokseumawe, Rabu (18/10/2023).
Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang teknik penetasan artemia dan budidaya cacing tubifex untuk pakan benih ikan di awal pemeliharaan sehingga kelangsungan hidup benih ikan tinggi.
Ketua PkM, Salamah MSi mengatakan bahwa masyarakat Hagu teungoeh yang melakukan budidaya terutama ikan lele mengalami permasalahan di awal pemeliharaan yaitu tingkat kematian yang tinggi.
“Dengan adanya pelatihan ini diharapkan petani dapat memberikan pakan alami untuk benih ikan sehingga tidak mengandalkan lagi pakan buatan seperti yang selama ini dilakukan,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan selain kematian benih, selama ini yang menjadi permasalahan dalam budidaya itu adalah pemeliharaan dan biaya pakan yang tinggi. “Dengan adanya produksi pakan alami secara mandiri pembudidaya dapat mengurangi biaya pakan komersil dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan difase benih. Benih yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan dalam budidaya,” terangnya.
Tambahnya, hasil dari pengabdian dan pelatihan penetasan artemia dan produksi cacing tubifex diharapkan dapat menjadi solusi atas keresahan pembudidaya terhadap kematian benih yang tinggi dan harga pakan yang mahal.
“Seperti yang diketahui bahwa teknik penetasan artemia sangat mudah petani hanya perlu menyiapkan wadah dan air dengan salinita 15-40 ppt, karena artemia dapat hidup pada rentan salinitan yang tinggi. Cysta artemia komersil akan menetas selama 24 jam, yang selanjutnya dapat langsung diberikan pada benih,” tambahnya.
Sementara itu, Mahdaliana MSi selaku anggota tim juga menambahkan selain artemia yang praktis penggunaannya, petani juga dapat melakukan budidaya cacing tubifex yang tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi karena dapat memanfaatkan limbah yang ada di sekitar sebagai media kultur cacing.
“Petani hanya perlu menyediakan wadah dan media tumbuh cacing selanjutnya cacing tubifex akan berkembang dengan sendirinya. Ketika sudah waktunya panen setelah 24 hari petani dapat memanen cacing tersebut untuk kebutuhan benih, selanjutnya media budidaya disiapkan kembali dan sisa media yang sebelumnya juga masih dapat digunakan hanya perlu penambahan media saja untuk nutrisi cacing selanjutnya,” jelasnya.
Lanjutnya, beberapa bahan baku dalam pembuatan media kultur cacing antara lain, lumpur, dedak, ampas tahu, kotoran ternak dan lain-lain. Kombinasi dari bahan tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan cacing tubifex. Setelah selesainya kegiatan pelatihan teknik penetasan artemia dan produksi cacing tubifex sebagai pakan alami ikan di desa Hagu teungoeh.
“Diharapkan masyarakat atau petani dapat melakukan penetasan artemia dan budidaya cacing tubifex secara mandiri dan dapat mencukupi kebutuhan ikan budidaya, ungkap salamah selaku ketua pengabdian.
Tim PkM ini adalah para dosen, diantaranya adalah Salamah, S.Pi.,M.Si, Mahdaliana, S.Pi.,M.Si, M.Hatta, S.Pi.,M.Si, Eva Ayuzar,S.Pi.,M.Si, Asih Makarti Muktitama,S.Pi.,M.Si dan Risna Dewi, S.Sos.,MSP serta didampingi juga oleh para mahasiswa Prodi Akuakultur. [fzl]