UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Universitas Malikussaleh mengadakan diskusi publik tentang Penanganan dan Pencegahan Intoleransi dengan tema "Intoleransi Musuh Bersama dalam Kehidupan Kampus". Kegiatan itu mengundang tenaga ahli Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Mayjend Ridho Hermawan, MSc, dilaksanakan di Gedung AAC Unimal, Uteungkot, Lhokseumawe, Senin (30/10/2023).
Pada kegiatan yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa Unimal itu, Mayjend Ridho menyampaikan bahwa intoleransi adalah sikap yang bertentangan dengan sunnatullah. "Allah telah menciptakan kita berbeda-beda sebagai rahmatan lil alamin, dan harusnya kita menghargai perbedaan yang ada di dalam masyarakat," ungkapnya membuka presentasi.
Lebih lanjut, pria kelahiran Brebes, Jawa Tengah, itu menyampaikan bahwa keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah sesuatu yang patut disyukuri. Dengan jumlah penduduk yang besar, kita harusnya bisa menjadikan bonus demografi ini sebagai unjuk kekuatan kita sebagai bangsa di dunia.
Pada kesempatan itu Mayjend Ridho juga menyampaikan bahwa kampus harusnya menjadi poros dalam membangun inklusivitas dan menjadi dinamisator dalam mengelola perbedaan. Keberadaan kampus harus mencerminkan kebinekaan, sehingga tidak perlu ada sikutan dan konflik yang muncul karena perbedaan yang ada. "Meskipun pada masa lalu, tindakan radikal muncul dari kampus, termasuk kampus-kampus besar. Itu karena mereka tidak bisa menghayati perbedaan dan keberagaman kita sebagai bangsa," tambah dosen Madya SESKOAD itu.
Pada kegiatan itu, pembicara lainnya, Kepala Badan Kesbangpol Kota Lhokseumawe, Drs Zulkifli, MSM, mengatakan bahwa Lhokseumawe sebenarnya cukup kondusif . "Lhokseumawe adalah salah satu kota di Aceh yang tidak pernah terdengar isu konflik berbasis SARA dalam lima tahun belakangan ini. Makanya kami agak heran dengan label sebagai salah satu kota intoleran di Indonesia pada 2023," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Zulkifli, juga berpesan bahwa mahasiswa Unimal sebagai agen perubahan bisa menjaga kondusivitas menjelang Pemilu dengan bijak menggunakan sosial media. "Jika dulu, mulutmu harimaumu, kini jari-jarimu akan menjadi kuku harimau yang menggangu keharmonisan komunikasi di media sosial," tuturnya.
Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr Alfian itu dan dimoderatori oleh dosen Antropologi Fisipol Unimal, Teuku Kemal Fasya, itu ditutup dengan foto bersama, dengan pimpinan kampus, para tamu undangan, dan mahasiswa yang hadir.