UNIMALNEWS | Jakarta – Unit Pelaksana Teknis Bahasa, Kehumasan, dan Penerbitan (UPT-BKP) Universitas Malikussaleh menghadiri kegiatan konferensi Tim Komunikasi Publik (GPR Conference Humas Indonesia) yang dilaksanakan di Jakarta, Kamis, (22/2/2024). Perwakilan Unimal yang hadir adalah Kepala UPT BKP, Teuku Kemal Fasya.
Kepala UPT BKP, Teuku Kemal Fasya, sebagai perwakilan dari Unimal mengatakan acara GPR Conference ini diisi oleh pembicara yaitu Oni Marbun - Deputi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan, Dwi Astuti - Direktur P2 Humas Ditjen Pajak, Eddy Cahyono Sugiarto - Kepala Biro Humas Kemensetneg untuk sesi Panel 1.
"Adapun untuk sesi Panel 2 diisi oleh Fadjar Majardi - Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia dan Dr. Ramliyanto, SP., MP - Kepala BPSDM Jawa Timur," sebutnya.
Kegiatan ini dibuka oleh founder and CEO Humas Indonesia, Asmono Wikan. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa tema kegiatan ini memang agak provokatif yaitu “Layakkah Humas berada di Eselon 1?”.
“Memang tujuan kegiatan ini ultimate goal bukan semata untuk meningkatan levelling kelembagaan humas, karena di sana ada political will dari pimpinan, juga masalah SDM dan juga adanya alokasi anggaran. Hal-hal itulah yang harus dipikirkan untuk meningkatkan kelembagaan kehumasan ke depan,” ungkap Asmono Wikan.
Sambutan Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Nezar Patria, menyebutkan bahwa penguatan lembaga kehumasan menjadi hal yang penting, karena saat ini pengelolaan informasi dan komunikasi di kelembagaan pemerintah, harus adaptif pada perkembangan saat ini, terutama media sosial.
“Saat ini keberadaan netizen bisa memberikan citra positif atau negatif pada apa yang kita hasilkan, sehingga pengelolaan risiko harus dilakukan lebih responsif," ujar Nezar.
Lebih lanjut, mantan Pemred The Jakarta Post, mengatakan perkembangan dari media sosial dan disrupsi teknologi telah mempengaruhi logika informasi.
“Kalau media mainstream memiliki logic yang hampir tidak berubah, tapi media sosial dan netizen memiliki social logic sendiri yang itu lebih kompleks dengan beragam dampak yang kadang tidak terpikirkan oleh media mainstrem. Hal inilah yang harus direspons untuk dunia yang sudah semakin berubah ini," pungkasnya. [fzl]