UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Kepala UPT Bahasa, Kehumasan, dan Penerbitan Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya, menjadi pembicara pada rangkaian kegiatan pelantikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Malikussaleh, Minggu (1/12/2024). Kegiatan tersebut dilaksanakana di Kantor Pusat Layanan Haji dan dan Umrah Terpadu (PLHUT) Kementerian Agama Kota Lhokseumawe.
Kegiatan PMII Komisariat Unimal itu melakukan pelantikan ketua PMII Unimal, Andika Pranata Ginting dan ketua Korpri PMII Unimal, Fauziana untuk masa khidmat 2024-2025. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan refleksi kritis perjalanan PMII sebagai motor penggerak perubahan.
Pada saat pelantikan, Andika menyatakan komitmen untuk mengembangkan PMII Komisariat Unimal ini menjadi lebih progresif, intelektualis, dan bernafas ahsunnah wal jamaah. "Kami ingin jadikan peran organisasi eksternal kemahasiswaan ini bisa bersinergi dengan pimpinan kampus, meskipun tidak melepaskan sikap kritis untuk dalam melihat kebijakan. Intinya mahasiswa adalah patner strategis bagi pihak pengelola kampus dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan yang menjadi nilai-nilai dasar pergerakan (NDP) PMII yang diinginkan oleh para pendahulu kita.
Setelah pelantikan, Teuku Kemal Fasya yang juga ketua ketua Majelis Pembina Komisariat (Mabinkom) didapuk sebagai pembicara tentang refleksi gerakan PMII. Menurutnya, PMII Unimal harus melakukan kilas balik atas peran organisasi dalam transformasi zaman bergerak di momen politik nasional. "Kalau kita lihat, momentum kelahiran PMII pada 17 April 1960, awalnya sangat sederhana, sebagai wadah berkumpul bagi mahasiswa dan ajang silaturahmi anak-anak Nahdlatul Ulama. Namun sejalan dengan waktu, PMII ikut berdialektika dan terlibat dalam gerakan kritis atas pemerintah. "Puncaknya ketika PMII bersama organisasi kemahasiswaan lainnya membentuk Kelompok Cipayung yang mengoreksi pemerintahan despotik-koruptif Soeharto," tambah Kemal.
Lebih lanjut PMII, sambung Kemal menjadikan sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai inspirasi dan juga model dalam membangun gerakan demokrasi. "Anak-anak muda PMII pada 80-90an menjadikan Gus Dur sebagai panutan. Bahkan Gus Dur menjadi pelindung mahasiswa PMII yang kritis dan diuber-uber oleh aparat keamanan. Mari kita kirimkan Alfatihah kepada Gus Dur atas darma baktinya dalam menghidupkan NU dan mengembangkan demokrasi di Indonesia," ajaknya kepada para pengurus PMII yang hadir pada acara diskusi tersebut.
Sementara Safwandi, mantan ketua PMII Unimal mengajak pengurus PMII periode 2024-2025 untuk bekerja lebih keras dalam mengembangkan organisasi. "Karena sesungguhnya harakah (pergerakan) PMII berbasis Ahlussunnah wal jamaah. Sehingga kalian pasti mengutamakan nilai dan moral islami dalam membangun gerakan dan kekuatan sosial yang kritis," tutup Safwandi yang lulusan Agroekoteknologi Unimal [tkf]