Dosen Unimal Isi materi dalam SIRI WEBINAR IPSAS, UPM Malaysia tentang "Kopi dan Sosiologi"

SHARE:  

Humas Unimal
Tangkap layar live facebook.

UNIMALNEWS | Kuala Lumpur - Dosen Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh, Dr Mursyidin, mengisi materi di Institut Pengajian Sains Sosial (IPSAS), Universiti Putra Malaysia (UPM) dalam Siri Webinar IPSAS, dengan tajuk "Kopi & Sosiologi". 

Webinar ini berlangsung pada Selasa (4/2/2025), melalui platform Facebook Live. 

Dalam webinar ini juga diisi oleh pembicara kedua yaitu En. Faizal Azzuri Mohamed Shukri, Pengasas Albatross Coffee, Malaysia. 

Acara yang dimoderatori oleh Dr Hani Salwah Yaakup, Penyelidik IPSAS / Pensyarah Kanan FBMK, dibuka dengan membahas tentang hubungan antara kopi dan sosiologi dan fokus pada bagaimana kopi mempengaruhi masyarakat dan budaya. 

Dr Mursyidin membahas tentang aspek sosiologis kopi. Menurutnya, budaya minum kopi di Aceh telah menjadi tradisi yang sangat kuat dan mendalam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. 

"Minum kopi tidak hanya sekedar kegiatan pribadi, tetapi telah berkembang menjadi kegiatan komunitas yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat," jelasnya.

Dalam tradisi perkawinan, misalnya, minum kopi menjadi bagian penting dari prosesi pernikahan. 

"Keluarga pengantin dan tamu undangan akan berkumpul di rumah pengantin untuk menikmati kopi dan berbagi cerita tentang pengantin," terangnya.

Di warung kopi, kata Mursyidin, masyarakat Aceh juga sering membahas politik, ekonomi, dan isu-isu sosial lainnya. 

"Warung kopi menjadi tempat yang ideal untuk berdiskusi dan berbagi pendapat tentang berbagai isu yang sedang hangat dibicarakan," ujarnya.

Selain itu, warung kopi juga menjadi tempat yang populer untuk diskusi kuliah dan pertemuan dengan keluarga. "Mahasiswa dan dosen sering menggunakan warung kopi sebagai tempat untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan tentang berbagai topik akademik," imbuhnya.

Dalam konteks ini, minum kopi di Aceh telah menjadi kegiatan komunitas yang sangat kuat dan mendalam. "Minum kopi tidak hanya sekedar kegiatan pribadi, tetapi telah berkembang menjadi kegiatan yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat dan menjadi bagian penting dari tradisi dan budaya masyarakat Aceh," lanjutnya.

Mursyidin menjelaskan salah satu Filosofi kopi masyarakat Gayo "Ara kopi ara cerite" memang sangat dalam maknanya. 

"Dalam bahasa Indonesia, filosofi ini dapat diartikan sebagai "Tak ada kopi, tak ada cerita". Filosofi ini menggambarkan betapa pentingnya kopi dalam kehidupan masyarakat Gayo. Kopi tidak hanya sekedar minuman, tetapi juga merupakan simbol kebersamaan, keramahan dan komunikasi," ungkapnya.

Dalam budaya Gayo, kopi sering disajikan sebagai tanda kehormatan dan keramahan kepada tamu. Saat menikmati kopi bersama, orang Gayo akan berbagi cerita, pengalaman, dan pengetahuan. 

"Kopi menjadi medium yang memungkinkan orang untuk berkomunikasi, berbagi, dan membangun hubungan yang lebih erat," lanjutnya.

Tambah Mursyidin, filosofi "Tak ada kopi, tak ada cerita" juga menggambarkan betapa pentingnya kebersamaan dan komunikasi dalam kehidupan. Tanpa kopi, tidak ada cerita yang dapat dibagikan, dan tanpa cerita, tidak ada kebersamaan yang dapat dibangun.

"Dalam konteks yang lebih luas, filosofi ini juga dapat diartikan Kopi menjadi simbol kebersamaan dan komunikasi yang memungkinkan kita untuk berbagi cerita, pengalaman dan pengetahuan," tambahnya.

"Secara keseluruhan, filosofi "Tak ada kopi, tak ada cerita" merupakan sebuah pengingat pentingnya kebersamaan, komunikasi, dan membangun hubungan yang erat dengan orang lain," pungkasnya.

Sementara En. Faizal Azzuri Mohamed Shukri berbagi pengalaman tentang bagaimana kopi dapat menjadi alat untuk membangun komunitas.

Pada akhir acara ini, pihak IPSAS, UPM menyampaikan terima kasih kepada kedua pembicara yang telah ikut partisipasi dan kesediaan dalam acara webinar ini. [fzl]


Berita Lainnya

Kirim Komentar