
UNIMALNEWS | Reuleut – Peningkatan kompetensi guru merupakan kunci dalam mewujudkan pendidikan bermutu. Untuk mendukung hal tersebut, tim dosen dan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Malikussaleh menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berupa Pelatihan Penyusunan Instrumen Tes Bagi Guru Matematika Sebagai Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Solving dan Literasi Numerasi.
Kegiatan ini dilaksanakan di MAS Syamsuddhuha, Aceh Utara, pada Senin (22/9/2025) dengan melibatkan 10 guru matematika sebagai peserta.
Pelatihan dipimpin oleh Rohantizani, M.Pd., selaku ketua pelaksana, didampingi anggota tim, Nuraina, S.Pd., M.Pd., dan Jumadi, S.T., M.T., serta sejumlah mahasiswa yang terlibat aktif dalam mendampingi jalannya kegiatan. Dalam sambutannya, Rohantizani menegaskan bahwa instrumen tes yang baik memiliki peran strategis dalam mendukung kualitas pembelajaran.
“Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi, tetapi juga memastikan bahwa evaluasi yang dilakukan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis, problem solving, dan literasi numerasi siswa. Instrumen tes yang baik adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.
Pelatihan berlangsung dalam beberapa sesi. Dimulai dengan paparan prinsip dasar penyusunan instrumen tes berbasis problem solving, peserta diperkenalkan dengan konsep literasi numerasi yang menekankan keterkaitan soal matematika dengan kehidupan nyata. Sesi selanjutnya berupa diskusi dan analisis contoh soal, di mana guru diajak mengidentifikasi kelemahan instrumen tes yang selama ini digunakan, lalu memperbaikinya dengan pendekatan yang lebih kontekstual.
Pada sesi praktik, guru diberi kesempatan menyusun butir soal sesuai materi pembelajaran masing-masing. Tim dosen bersama mahasiswa memberikan pendampingan intensif, memastikan setiap soal memenuhi kaidah penilaian yang baik. Kegiatan ditutup dengan presentasi hasil karya peserta, yang menjadi ruang berbagi ide sekaligus menerima masukan dari narasumber.
Pelatihan ini mendapat respons positif dari para peserta. Heny Maulina, S.Pd., mengaku memperoleh wawasan baru. “Pelatihan ini sangat bermanfaat. Selama ini kami terbiasa membuat soal hanya untuk mengukur hafalan siswa. Melalui kegiatan ini, kami belajar bahwa soal dapat menjadi alat untuk mengasah cara berpikir kritis dan kreatif siswa,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Riskiana Akmalia S.Pd., yang merasa lebih percaya diri menyusun soal kontekstual. “Kami terbiasa menggunakan soal dari buku teks tanpa banyak modifikasi. Setelah pelatihan, kami lebih berani menyusun soal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ini tentu akan membuat pembelajaran lebih menarik,” tuturnya.
Menurut Nuraina, S.Pd., M.Pd., instrumen tes adalah refleksi dari proses pembelajaran. “Guru harus menjadikan instrumen tes sebagai alat untuk menilai sekaligus mengembangkan potensi siswa. Oleh karena itu, pelatihan ini kami pandang sebagai langkah penting menuju peningkatan mutu pembelajaran matematika,” jelasnya.
Sementara itu, Jumadi M.T. menekankan pentingnya kesinambungan program serupa. Ia berharap para guru dapat membangun bank soal berbasis literasi numerasi yang bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Kegiatan ditutup dengan refleksi bersama. Dalam penutupannya, Rohantizani menyampaikan apresiasi atas partisipasi aktif para guru serta dukungan pihak sekolah. “Pelatihan ini merupakan langkah awal. Kami berharap para guru terus mengembangkan keterampilan menyusun instrumen tes yang berkualitas, sehingga siswa terbiasa menghadapi soal yang menantang, analitis, dan bermakna,” pungkasnya.[]