Dosen Unimal Simulasikan Mitigasi Bencana di SMPN 8 Lhokseumawe

SHARE:  

Humas Unimal
Dosen bersama mahasiswa UKM SAR Unimal simulasikan mitigasi bencana di SMPN 8 Lhokseumawe. Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Malikussaleh melaksanakan kegiatan edukasi dan simulasi mitigasi bencana di SMP Negeri 8 Lhokseumawe, Senin (6/10/2025). Kegiatan ini diikuti oleh 45 siswa dan 6 guru, dengan dukungan mahasiswa dari UKM SAR Unimal yang bertugas sebagai fasilitator lapangan.

Program ini merupakan bagian dari Pendanaan PNBP Universitas Malikussaleh Tahun 2025, yang melibatkan dosen lintas fakultas dengan latar belakang keilmuan beragam. Tim pengabdian dipimpin oleh Deassy Siska MSc, dengan anggota Dr Ir Azhari, Dr Muhammad Haykal, Dr Sofyan, Dr Khalsiah dan Yenny Novianti MT.

Deassy Siska menyampaikan bahwa anak usia sekolah menengah merupakan kelompok rentan yang perlu dibekali keterampilan kesiapsiagaan sejak dini.

“Kami ingin siswa mampu berpikir cepat dan bertindak tepat ketika bencana terjadi. Melalui kombinasi pembelajaran teori dan simulasi, mereka belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan pengabdian dimulai dengan pengenalan konsep dasar bencana alam dan potensi risiko gempa bumi serta tsunami di wilayah Aceh, kemudian dilanjutkan dengan simulasi penyelamatan diri dan evakuasi menuju titik aman di lingkungan sekolah.

"Daerah yang pernah dilanda bencana tidak berarti aman di masa depan. Justru harus semakin siap. Guru dan siswa perlu menjadi agen perubahan untuk menyebarkan informasi kesiapsiagaan kepada masyarakat, tambahnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Lhokseumawe, Yunitawati SPd, mengapresiasi kegiatan ini dan menilai bahwa edukasi kebencanaan seperti ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan sekolah tangguh bencana.

“Kami sangat berterima kasih kepada tim dari Universitas Malikussaleh yang telah hadir memberikan pembekalan dan simulasi mitigasi. Kegiatan ini membuka wawasan baru bagi siswa dan guru kami tentang bagaimana harus bertindak saat bencana terjadi,” terang Yunitawati.

“Lhokseumawe merupakan wilayah yang kompleks, diapit laut, sungai, dan perbukitan. Karena itu, kesadaran dan kesiapsiagaan harus menjadi bagian dari budaya sekolah. Kami berharap kegiatan semacam ini bisa dilakukan secara berkala,” pungkasnya.

Antusiasme siswa terlihat tinggi sepanjang kegiatan berlangsung. Mereka dengan semangat mempraktikkan cara berlindung dari reruntuhan, mengenali tanda bahaya, dan mengikuti evakuasi menuju titik aman. []


Berita Lainnya

Kirim Komentar