
UNIMALNEWS | Pidie — Tim dosen Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh (Unimal) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Pengabmas) bertajuk “Model Desa Siaga (Deteksi Dini dan Edukasi Berkelanjutan) sebagai Upaya Penguatan Resiliensi Kesehatan Masyarakat dalam Pengendalian Hipertensi” di Gampong Tijue, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie.
Program tersebut berlangsung sejak 30 September hingga 21 November 2025 dan disusun dalam dua tahapan. Tahap pertama dimulai dengan survei lapangan serta perekrutan kader desa, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan agar para kader mampu berperan sebagai agen Desa Siaga dalam deteksi dini hipertensi. Pada tahap kedua, tim melaksanakan penyuluhan mengenai deteksi dini dan edukasi pengendalian hipertensi kepada masyarakat Tijue, termasuk pemutaran video edukasi yang diadopsi dari Kementerian Kesehatan RI.
Pengukuran pengetahuan dilakukan melalui pre-test dan post-test menggunakan kuesioner terstandarisasi yang diadaptasi dari riset internasional dan pedoman nasional. Kegiatan ilmiah ini menempatkan masyarakat sebagai subjek aktif yang mampu menginternalisasi informasi dan mempraktikkan pola hidup sehat secara berkelanjutan.
Pengabdian ini dipimpin oleh Rahmi Inayati M.Kes., bersama anggota tim, yaitu Ns. Ainal Mardhiah M.Kep, dan Adam M.Kes, serta melibatkan mahasiswa keperawatan. Program ini menjadi wujud komitmen Unimal dalam mendukung pembangunan kesehatan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan.
Dalam sambutannya, Rahmi Inayati menjelaskan bahwa hipertensi merupakan penyakit tidak menular dengan kasus tinggi di wilayah Aceh. “Melalui program ini, kami ingin memberdayakan masyarakat agar mampu mengenali tanda-tanda awal hipertensi, rutin memeriksa tekanan darah, dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah komplikasi seperti stroke, penyakit jantung, hingga gangguan ginjal,” katanya.
Kegiatan ini diikuti oleh aparatur gampong, kader posyandu, serta puluhan warga Gampong Tijue dengan antusiasme tinggi. Selain skrining tekanan darah dan pemeriksaan faktor risiko, tim juga melakukan edukasi interaktif serta pelatihan kader agar mampu melanjutkan pendampingan dan deteksi dini secara mandiri di tingkat rumah tangga.
Rahmi menegaskan bahwa keberhasilan pengendalian hipertensi tidak hanya bergantung pada pelayanan kesehatan formal, tetapi juga pada kesadaran kolektif masyarakat. “Model Desa Siaga ini kami rancang agar masyarakat memiliki ketahanan kesehatan (resilience) yang kuat — artinya mampu mengenali, mencegah, dan menanggulangi masalah kesehatan secara mandiri dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia juga berharap program ini dapat direplikasi di desa lain di Kabupaten Pidie. “Kami ingin Gampong Tijue menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi akademisi, pemerintah desa, dan masyarakat dapat membangun desa siaga yang tangguh dalam menghadapi penyakit tidak menular,” tambahnya.[]