
UNIMALNEWS | Lhokseumawe — Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh bekerja sama dengan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Aceh Utara serta Universitas Deztron Indonesia menyelenggarakan Pelatihan Trauma Healing dan Manajemen Stres bagi Petugas Layanan. Kegiatan berlangsung selama dua hari, 19–20 November 2025, di Hotel Diana Lhokseumawe.
Pelatihan ini diikuti oleh para pendamping dari berbagai instansi, termasuk pendamping Aceh Utara, pihak kepolisian, pekerja sosial, serta tenaga medis yang selama ini berhadapan langsung dengan korban kekerasan seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dua pemateri menjadi fasilitator utama kegiatan, yakni Rahmia Dewi M.Psi (Universitas Malikussaleh) dan Idar Sri Afriyanti Z M.Psi (Universitas Deztron Indonesia). Selain itu, tiga mahasiswa Psikologi Unimal—Tiyo Dermawansyah, Ghina Alfi Mahiroh, dan Fida Rafalina—turut terlibat sebagai tim pelaksana.
Rilis yang diterima Unimalnews, Minggu (23/11/2025), Rahmia Dewi mengatakan, pelatihan ini bertujuan memperkuat kapasitas pendamping dalam mengenali potensi secondary trauma yang sering muncul selama proses pendampingan korban. Para peserta juga dibekali pemahaman mengenai gejala psikologis yang mungkin timbul, strategi menjaga kesehatan mental, serta langkah yang dapat membantu mereka tetap fokus dan stabil secara emosional saat memberikan layanan.
Selama dua hari, peserta mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari psikoedukasi, psikogame, psikodrama, ice breaking, hingga diskusi kelompok di dalam ruangan. Seluruh aktivitas dirancang untuk membantu peserta merefleksikan pengalaman emosional, membangun keterampilan pemulihan psikologis, memperkuat dinamika kelompok, serta meningkatkan kerja sama lintas instansi.
Para peserta mengaku mendapatkan wawasan baru mengenai kompleksitas peran pendamping, tantangan emosional yang mungkin muncul ketika mendampingi korban, dan pentingnya menyadari kondisi mental pribadi. Selain itu, kegiatan ini turut memperkuat solidaritas serta komunikasi antarpetugas layanan sehingga kolaborasi dalam memberikan bantuan menjadi lebih efektif.
Antusiasme peserta tetap tinggi hingga akhir kegiatan. Banyak di antara mereka berharap agar pelatihan serupa dapat dilaksanakan secara rutin sebagai bentuk dukungan berkelanjutan terhadap kesejahteraan psikologis para pendamping.[]