Peneliti Universitas Malikussaleh Bahas Partikel Superparamagnetic untuk Aplikasi Biomedikal di Taiwan

SHARE:  

Humas Unimal
Peneliti dari Universitas Malikussaleh, Dr M Sayuti, mempresentasikan hasil penelitian tentang partikel superparamagnetik untuk aplikasi bidang biomedikal di The 22nd International Conference on Advances in Materials and Processing Technology (AMPT2019) di Taipei Taiwan, Kamis (24/10/2019). FOTO:IST.

UNIMALNEWS | Taipei – Peneliti Universitas Malikussaleh Dr M Sayuti, mempresentasikan hasil penelitian di The 22nd International Conference on Advances in Materials and Processing Technology (AMPT2019) yang berlangsung di Taipei, Taiwan, 20-24 Oktober 2019. Presentasi dosen Fakultas Teknik tersebut berjudul “Study on Magnetic Properties Characterization of Aceh Iron Sand as Raw Biomedical Application Materials” mendapat apresiasi dari seluruh hadirin karena berguna bagi dunia pengembangan aplikasi biomedikal.

Menurut Dr Sayuti, penelitian tersebut adalah hasil penelitian tahun kedua dari tiga tahun waktu pelaksanaan yang  didanai Kemenristek Dikti di bawah skim PBK (penelitian berbasis kompetensi) yang merupakan riset dasar kompetitif nasional.  Selain Sayuti, penelitian ini beranggotakan beberapa ahli material dan manufaktur dari Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh,  di antaranya Dr Muhammad Yusuf, Dr Herman Fithra, Reza Putra, M.Eng, dan Dr Riza Wirawan dari Program Studi Teknik Material Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB Bandung.

Hasil penelitian ini, lanjut Sayuti, sangat berguna dalam bidang biomedikal, antara lain dalam terapi kanker serta dapat digunakan untuk memanaskan sel tumor hingga  41o-45oC, di mana kerusakan jaringan untuk jaringan normal dapat dibalikkan sementara sel tumor rusak secara permanen.

Dr Sayuti memaparkan, berbagai bentuk mineral iron oksida tersedia di alam, termasuk di Provinsi Aceh. Iron oxide yang terdapat di alam pada umumnya magnetit (Fe3O4), maghemit (γ-Fe), dan hematit (α-Fe2O). Ketiga oksida ini juga sangat penting peranannya di dunia teknologi, baik industri maupun medis.

Dilanjutkan, hematit adalah oxide yang tertua dari oksida besi dan tersebar luas di bebatuan dan tanah. Ia juga dikenal sebagai besi oksida, seskuoksida besi, oker merah, specularite, bijih besi spekular dan martit. Hematit berwarna merah darah jika berbentuk sempurna, dan hitam atau abu-abu jika berbentuk kristal kasar.

“Ini sangat stabil pada kondisi sekitar, dan seringkali merupakan produk akhir dari transformasi oksida besi lainnya. Magnetit juga dikenal sebagai oksida besi hitam, bijih besi magnet, batu muatan, ferit besi, atau batu Hercules. Ini menunjukkan magnet terkuat dari oksida logam transisi,” jelas Sayuti dalam keterangan tertulisnya dari Taiwan, Kamis (24/10/2019).

Menurutnya, aplikasi ini menuntut bahan berukuran nano, bentuk, karakteristik permukaan, dan sifat magnetik tertentu. Magnetit dan maghemit telah menarik perhatian dalam aplikasi biomedis karena biokompatibilitasnya dan toksisitas yang rendah dalam tubuh manusia. Area aplikasi utama adalah bidang uji bio di mana sifat magnetik telah dieksploitasi secara in vitro untuk memanipulasi partikel nano magnetit dengan bidang magnet eksternal.

Pengembangan microarray magnetik yang sangat sensitif menggunakan sensor feromagnetik untuk mendeteksi pengikatan DNA target dan protein. Nanopartikel magnetik telah digunakan in vivo sebagai agen kontras pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk pencitraan molekul dan sel. Magnetit superparamagnetik digunakan sebagai inti dalam agen-agen ini yang digunakan untuk membedakan antara jaringan sehat dan berpenyakit.

Partikel superparamagnetik umumnya dilapisi dengan lapisan polisakarida untuk stabilitas koloid. Partikel magnetik dengan lapisan polimer telah digunakan dalam pemisahan sel, pemurnian protein, analisis lingkungan dan makanan, sintesis organik dan biokimia, pengobatan dan biosains. Enkapsulasi nanopartikel magnetik dengan polimer organik digunakan untuk meningkatkan stabilitas kimianya, dispersabilitas dan fungsionalitasnya.

Hasil pengujian kemagnetan pasir besi Aceh yang dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Serpong menunjukkan nilai magnetisasi saturasi (Ms) tinggi dan medan koersivitas (Hc) rendah, yang menandakan bahwa sifat pasir ini mendekati sifat superparamagnetik. Untuk menghasilkan sifat superparamagnetik yang lebih tinggi dengan nilai Ms yang lebih tinggi dan Hc yang lebih rendah diperlukan ukuran partikel yang lebih kecil, yakni ukuran nano partikel.

AMPT adalah forum pertemuan ilmiah bagi akademisi, peneliti, dan insinyur bertemu serta  bertukar ide dan informasi inovatif tentang semua aspek teknologi pemrosesan bahan maju. Seminar diselenggarakan setiap tahun dengan negara pelaksana berbeda beda tiap tahunnya. AMPT didirikan pada 1990 di Dublin City University, Dublin, Irlandia dan diadakan berturut-turut di Dublin pada 1993, 1995, 1999 dan 2003.

Di luar Irlandia, telah diadakan di Portugal pada 1997, Malaysia pada 1998, Spanyol pada 2001, Polandia pada 2004, Amerika Serikat pada 2006, Korea pada 2007, Bahrain pada 2008, dan Malaysia pada 2009. AMPT 2010 diadakan di Paris, Prancis, di Istanbul pada 2011, di Wollongong, Sydney 2012, di Taipei, Taiwan pada 2013, di Dubai pada 2014. Pada tahun 2015 diselenggarakan di Madrid, Spanyol dan pada 2016 di Malaysia.

Selanjutnya 2017 dan 2018 diadakan di Chennai, India, dan tahun 2019 ini diselenggarakan di Taiwan dengan tema “Advancing Smart Manufacturing Technologies in the Era of Industry 4.0” dan tahun depan 2020 akan di selengggarakan di Slovenia, Eropa. [ayi]


Berita Lainnya

Kirim Komentar