Wali Nanggroe Sandarkan Harapan Aceh Di Pundak Para Wisudawan

SHARE:  

Humas Unimal
Paduka yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al-Haythar. Foto: Bustami Ibrahim

UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Paduka yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al-Haythar hari ini memenuhi undangan dan turut memberikan kata sambutan pada prosesi Rapat Terbuka Senat Universitas Malikussaleh sesi ketiga di Gedung Gor Exs PT Arun Lng, Lhokseumawe, Kamis (21/11/2019).

Dalam kata sambutannya, Tengku Malik Mahmud Al-Haythar mengatakan salah satu universitas terkemuka di Aceh, yang namanya diambil dari seorang raja yang alim, dari kerajaan Islam pertama di nusantara, akan melaksanakan seremoni wisuda sebagai tanda telah merampungkan pendidikan tinggi.

"Di pundak para wisudawan ini nantinya kami sandarkan harapan Aceh untuk meraih kembali masa keemasannya. peradaban Aceh telah mengalami masa keemasan sejak masa Sultan Malikussaleh sampai dengan masa Sultan Iskandar Muda,"katanya.

Menurutnya, kejayaan peradaban Aceh dahulu, tidak lahir dengan begitu saja, namun dibangun dengan perjuangan dan pengorbanan darah serta air mata. peradaban Aceh masa lampau ditata dengan nilai-nilai adat dan budaya yang berlandaskan Islam. tentu saja harus kita raih kembali dan kita rawat dengan sebaik-baiknya.

Sejarah telah mencatat bahwa rakyat Aceh adalah pejuang, dalam  dimensi dan situasi yang bagaimanapun sulitnya. perjuangan aceh tidak dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki  ilmu, namun sebaliknya dipimpin oleh mereka yang memiliki ilmu, iman, menguasai strategi serta memiliki wawasan luas.

Semangat inilah yang harus dimiliki oleh lulusan Universitas Malikussaleh ini. kalian harus menjadi generasi yang cerdas, memiliki  pemikiran  terbuka, mandiri dan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sebab, lanjut Tengku Malik Mahmud Al-Haythar, bagaimana mungkin kita menyatukan gerak langkah membangun peradaban Aceh mulia ini apabila pola pikir kita masih terkotak-kotak, berpangku tangan menunggu nasib, tidak mau belajar, tidak mau lelah, dan terperdaya oleh teknologi dari luar.

"Perjuangan dan darah para syuhada tidak boleh menjadi hikayat yang sia-sia yang kemudian hilang tanpa makna. lulusan Universitas Malikussaleh tidak boleh hadir sebagai pengguna (user) tetapi harus menjadi pemilik (owner).  kalian tidak boleh menjadi penonton dalam era industri 4.0 ini, tetapi harus menjadi pelaku.  maka berusahalah untuk merubah paradigma, berusahalan dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki. kalian masih muda, masih banyak kesempatan dan pengalaman yang akan diraih. bertebaranlah ke seantero bumi. berikan karya terbaik bagi bangsa ini." ajak Wali Nanggroe Aceh.

Bukankah indatu kita telah membuktikan bahwa kerajaan Aceh merupakan salah satu dari lima kerajaan Islam terkuat di dunia. nenek moyang kita adalah para saudagar, pedagang antar benua. jadi kita tidak boleh hanya berpikir menjadi pegawai negeri saja, tetapi berpikirlah global dan bertindaklah lokal. artinya tindakan kita harus mampu mencerminkan perilaku orang aceh yang santun, jujur, tegas dan berakhlak.

Lihatlah ke sekeliling kita betapa besarnya sumber daya alam yang kita miliki yang menjadi incaran pihak lain dari masa ke masa. bumi dan air kita tidak boleh jatuh ke tangan orang lain sehingga rakyat aceh tidak mendapatkan apa-apa. hasil bumi kita harus kita perjuangkan bagi kemakmuran bangsa Aceh khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.  

Sudah terlalu banyak masa yang kita habiskan sedangkan kehidupan kita tidak menjadi lebih baik. padahal saya yakin anak-anak aceh khususnya alumni universitas malikussaleh punya  kemampuan untuk mengelola sumber daya alam dan mengembalikan kejayaan aceh ini.  

Kita menyadari bahwa tantangan yang dihadapi di era revolusi inndustri 4.0 ini begitu besarnya, oleh sebab itu gunakanlah ilmu yang telah saudara miliki untuk kemajuan dan kemakmuran Aceh. jangan lagi kita saling curiga, saling mendendam dan saling menghambat  sesama kita. marilah kita satukan langkah, saling bekerja sama membangun Aceh yang tamaddun.

"Sebagai pengemban amanat Wali Nanggroe Aceh, secara pribadi  saya sampaikan bahwa saya adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan dan kesilapan. meskipun demikian untuk sebuah tujuan Aceh mulia, tentu saja saya harus berjuang menjalani ini semua. kami tentu mengharapkan kritik yang membangun, kritik yang memberi solusi, bukan polemik, bukan hujatan yang tanpa tabayyun. dan kita berharap dukungan dan kerjasama semua pihak, khususnya dari intelektual kampus, Universitas Malikussaleh  yang kita cintai ini. Marilah kita pelajari kembali, kita gali sejarah Aceh yang sesungguhnya. kita kumpulkan dan bukukan sejarah yang sebenarnya. Harapan kami semoga hari ini menjadi kilas balik sejarah bangkit dan  kembalinya  kejayaan peradaban Aceh,"pesan WN Aceh Tengku Malik Mahmud Al-Haythar.[tmi]


Kirim Komentar