Kunjungan media sudah menjadi agenda rutin saban tahun bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Universitas Malikussaleh. Mereka mengunjungi beberapa media massa dan perkantoran di berbagai kota. Pilihan kota dan tempat kunjungan diputuskan bersama. Di pengujung 2019, mereka memilih Medan, Sumatera Utara. Ini bukan pilihan yang pertama karena mahasiswa angkatan sebelumnya juga pernah memilih beberapa media di Medan.
Kekuatan jaringan ini sepertinya disadari benar oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi. Mereka tidak hanya menyasar media massa, kunjungan tersebut juga disesuaikan dengan bidang ilmu yang mereka peroleh di bangku kuliah. Selain media, mereka juga melakukan audiensi dengan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Medan dan Biro Humas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Kunjungan ke Konjen AS merupakan yang kedua kalinya dilakukan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi. Beberapa tahun sebelumnya, juga ada kunjungan serupa. “Kali ini ada 25 orang yang bisa diterima, termasuk tiga dosen pedamping. Meski ada 40 mahasiswa yang ikut, kami harus menyesuaikan,” ungkap Ketua Panitia Rizaldi Taufan Harahap, Senin (9/12/2019).
Menurutnya, titik kunjungan dipilih untuk mendukung pengetahuan mahasiswa dan memperjuang jaringan. Untuk kunjungan ke Konjen AS di Medan, tahun 2019 adalah kunjungan kedua setelah beberapa tahun sebelumnya mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi juga berkunjung ke sana. Waktu itu, mahasiswa juga berkunjung ke Konjen Malaysia.
Kunjungan ke kediaman Konjen AS dilakukan pada hari pertama, 2 Desember 2019. Mereka diterima langsung oleh Konjen AS, Guy Margalith dan dua staf Konjen, Rachma Januarita dan Caroline. Pertemuan dua jam lebih itu berlangsung hangat, jauh dari kesan formal. Mereka membahas tentang kerja Konjen AS dan tema lainnya sambil ditemani kopi dan berbagai jenis makanan seperti pizza, kue keju, bolu ceres, dan cupcake redvelvet. Cukup mewah untuk ukuran mahasiswa.
Guy menceritakan tugas Konjen AS yang secara umum menjaga kepentingan Pemerintah dan masyarakat AS di wilayah Sumatera. Selain di Medan, Kedutaan AS juga memiliki Konjen di Surabaya, Jawa Timur. “Pembukaan konsulat jenderal suatu negara tergantung kepentingannya,” ungkap Guy yang fasih berbahasa Indonesia dan sejumlah bahasa lainnya.
Kecakapan Guy menguasai sejumlah bahasa sangat dikagumi Imam Dzaky, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang juga lancar berbahasa Inggris. Menurut Guy, memang mudah belajar beberapa bahasa, tetapi mudah pula terlupakan jika tidak melatihnya. “Akhirnya yang lancar hanya beberapa bahasa yang sering digunakan sesuai kebutuhan,” ungkap Guy.
Pertemuan di kediaman Guy tidak hanya bincang-bincang kosong. Guy juga menjelaskan beberapa beasiswa yang bisa diperoleh dan persyaratannya. Salah satu yang langsung bisa ditindaklanjuti mahasiswa adalah program pengabdian mahasiswa untuk masyarakat, dalam bentuk apa pun. Rachma langsung memberikan tautannya yang bisa diisi mahasiswa. “Yang penting isi saja dulu, siapa tahu nanti bisa ditindaklanjuti. Kalau terpilih, mendapat beasiswa,” ungkap Rachma.
Hari kedua, 3 Desember 2019, mahasiswa berkunjung ke Radio Kiss FM untuk berdiskusi perkembangan radio di era internet. Elyas Iboy Barus dan Bea Lubis dari Kiss FM mengatakan kreativitas menjadi kunci untuk mengelola radio. “Siapa sih pendengar radio sekarang ini? Sangat terbatas. Jadi, kami menggabungkan konsep on air dan off air untuk mempertahankan pendengar,” ungkap Bea yang mengajak mahasiswa melihat dapur Kiss FM.
***
***
Separuh hari, mahasiswa berkunjung ke Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Menurut seorang panitia, Angga Dwi Syahputra, UMSU mereka pilih karena Prodi itu sudah mendapatkan akreditasi A. “Kami juga berharap Prodi Ilmu Komunikasi di Unimal juga mendapatkan akreditasi A. Mahasiswa juga punya peran dalam mendukung peningkatan akreditasi,” papar Angga yang mewakili mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Unimal.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMSU, Zulfahmi mengungkapkan bagaimana mereka bisa mendapatkan akreditasi untuk untuk Prodi Ilmu Komunikasi. Selain memenuhi semua ketentuan Badan Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi (PT), “kami juga memuliakan tamu, seperti sekarang ini,’ tambah Abrar Adhani, wakil dekan III FISIP UMSU.
Barangkali karena sama-sama dari Prodi Ilmu Komunikasi, pertemuan di UMSU sangat hangat dan cair. Seorang dosen pembimbing dari Prodi Ilmu Komunikasi Unimal, Harinawati, sampat kaget dengan sambutan UMSU yang demikian hangat. “Kami terharu dengan penyambutan ini,” ungkapnya.
Selain diskusi di Ruang Audio Visual Lantai II FISIP UMSU, mahasiswa Unimal juga melihat berbagai fasilitas yang dimiliki Prodi Ilmu Komunikasi UMSU. Sejumlah dosen Ilmu Komunikasi UMSU menyambut rombongan mahasiswa Unimal seperti Ketua Prodi Nurhasanah, M Said Harahap, Sigit Hardiyanto, Fadhil Fahlevi Hindayat, dan Puji Santoso.
Waktu yang diagendakan hanya dua jam di UMSU akhirnya molor sampai empat jam yang berlalu tanpa terasa. “Kami berharap Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMSU juga berkunjung ke Unimal suatu saat nanti,” ungkap Rizaldi.
Hari ketiga, kunjugan dilakukan ke Biro Humas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan TVRI Medan. Berkunjung ke Biro Humas Pemprovsu, mahasiswa mendiskusikan banyak hal mengenai tugas biro humas di tengah kemajuan teknologi informatika.
Kedatangan 40 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, diterima Kepala Biro Kehumasan Pemprov Sumut, Hendra Dermawan Siregar dan para stafnya. Hendra menyebutkan, seluruh kinerja dinas dan unit kerja di wilayah Pemprov, menjadi tugas Biro Humas untuk menyiarkan kepada masyarakat.
Kepala Bagian Pelayanan Media Biro Humas Pemprov Sumut, Harvina Zuhra, mengatakan tugas Humas adalah mengimplementasi visi dan misi Gubernur Edy Rahmayadi dan wakilnya. Mereka juga melayani kerja wartawan dalam memberitakan tentang kegiatan Pemprov Sumut.
Disinggung mengenai pejabat di unit lain yang tidak memahami kerja Humas, Kepala Bagian Humas Pemprov Sumut, Muhammad Ichsan, mengakui masih ada pejabat yang merasa pemberitaan itu tidak penting dan malas berhubungan dengan wartawan. “Untuk itu, kami menjembatani kebutuhan wartawan, secara berkala sesuai kebutuhan dan momen, kami mempublikasi kegiatan di setiap unit melalui media massa atau baliho,” ungkap Ichsan.
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Angga Dwi Syahputra, mempertanyakan bagaimana Biro Humas mengelola pemberitaan buruk tentang gubernur yang terjerat kasus hukum dan berita buruk lainnya tentang Pemprovsu. Angga juga mempertanyakan softskill yang dibutuhkan untuk mengelola kehumasan di era digital zaman sekarang.
Harvina menjelaskan, pihaknya mengoptimalkan semua media sosial untuk menyampaikan program kerja Pemprovsu. Dalam beberapa bulan belakangan, rinci Harvina, jumlah pengikut di sejumlah sosial media milik Pemprovsu meningkat tajam. “Beberapa konten video yang kami buat menjadi viral di masyarakat,” katanya.
Mengenai pemberitaan miring tentang pejabat di Pemprovsu, pihaknya mempelajari tentang kasus tersebut dengan cermat. Terkadang, pemberitaan itu hanya karena ketidakpahaman atau permasalahannya sudah selesai. “Tapi kalau sudah masuk ke ranah hukum, kami merespon sesuai fakta hukum,” jelas Harvina.
Terkait pertanyaan Fauzi Syuhada tentang mekanisme pengaduan dari masyarakat dalam membangun komunikasi, Ichsan menyebutkan ada aplikasi sumutsmartprovince masyarakat bisa memanfaatkan kolom komentar di semua sosmed Biro Humas. “Intinya, layanan pengaduan dibuka selebar-lebarnya,” jelas Ichsan.
Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Unimal, Kamaruddin Hasan, berharap kunjungan medi adan berbagai lembaga tersebut bisa memberi manfaat jangka panjang bagi mahasiswa. Selain menambahkan pengalaman, pengetahuan, dan jaringan, kunjungan tersebut juga merintis kesempatan magang dan praktek kerja lapangan bagi mahasiswa. “Beberapa lembaga sudah ada kerjasama dengan kami dan mereka menerima mahasiswa OJT (on the job training) setiap tahun,” jelas Kamaruddin.
Selama ini, kunjungan media tersebut tidak menjadi agenda wajib bagi mahasiswa. Jadi, ikut tidaknya mahasiswa berpulang kepada mahasiswa masing-masing. Beberapa mahasiswa mengaku tidak bisa ikut karena masalah biaya. Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian kampus agar kegiatan tersebut bisa mendapatkan dukungan anggaran, minimal untuk biaya transportasi. [Ayi Jufridar]
***