SAYA sedang berada di Cambridge untuk mengikuti short course. Perjalanan dari Heathrow Airport London ke Cambridge memakan waktu 1,5 jam. Sepanjang perjalanan terlihat hamparan perkebunan petani di kanan-kiri jalan. Membentang sangat luas, sejauh mata memandang, menambah keindahan sehingga tanpa terasa saya pun telah tiba Cambridge, kota pelajar yang tersohor itu.
Ya, Cambridge merupakan salah satu kota pelajar tertua di Inggris. Tak ubahnya seperti Darussalam di Banda Aceh, kota pelajar dan mahasiswa (kopelma) sekaligus pusat pendidikan masyarakat Aceh.
Cambridge memiliki 31 sekolah. Semua sekolah tersebut independen dalam mengelola sekolahnya. Sebuah kesempatan emas bagi saya dapat mengikuti short course di Cambridge.
Banyak hal yang dapat dipelajari di kota pelajar ini. Di antaranya hampir semua pelajar menggunakan bus, sepeda, atau berjalan kaki saat ke kampus. Ini berbeda dengan budaya di kalngan pelajar kita yang masih sangat dominan menggunakan mobil orang tuanya atau pun sepeda motor yang sudah dimodifikasi knalpotnya sehingga mengeluarkan suara bising, nyaris memekakkan telinga pendengarnya.
Hampir semua bangunan kampus ini masih berupa bangunan lama yang mempunyai nilai sejarah tersendiri. Untuk beberapa sekolah mereka punya bangunan baru dan itu pun dapat dihitung dengan jari. Budaya menjaga peninggalan nenek moyang lebih diterapkan oleh mereka jika dibandingkan dengan kita.
Bagi masyarakat yang mau menghilangkan hiruk pikuk suasana kerja di kota besar seperti London, maka Cambridge merupakan salah satu tempatnya.
Selain school, di sini kita juga dapat mengunjungi beberapa museum. Cambridge mempunyai delapan museum yang terkenal, di antaranya Museum of Archeology yang menyimpan berbagai macam barang kuno.
Oh ya, satu lagi yang menarik, kebiasaan masyarakat Cambridge kalau sore mereka ngeteh, afternoon tea, sore-sore ditemani cemilan semacam roti lapis Samahani yang dipotong kecil-kecil.
Kebiasaan ini dilakukan setelah seharian menjalani aktivitas dari pagi. Komunitas masyarakat Islam sangat kuat hal ini dapat dilihat dari jumlah masjid yang berada di Cambridge. Di antaranya Masjid Abu Bakar yang terdapat di Mauson Road. Tanggal 15 Maret 2019 nanti komunitas masyarakat muslim Cambridge akan meresmikan masjid baru. Masjid tersebut merupakan salah satu masjid tersebar di Cambridge dengan desain yang sangat futuristik, karena menggunakan kayu sebagai bahan utamanya. Masjid ini mampu menampung 1.000 jamaah. Biaya pembangunan masjid tersebut sebesar 23 juta poundsterling, bersumber dari sedekah masyarakat. Sumbangan terbesar datang dari masyarakat Turki.
Makanan halal bukanlah masalah jika Anda mengunjungi Cambridge karena hampir setiap jalan besar punya restoran halal food. Menu dan metode pemesananan pun beragam. Mulai makan di tempat atau antar ke rumah.
Menu makanannya sangatlah beragam, mulai dari menu India, Arab, dan Turki. Salah satu pemilik restoran mengatakan motivasi mereka dalam berusaha adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah karena dapat memudahkan orang Islam dalam mengonsumsi makanan halal. Mereka yakin bukan hanya mendapatkan koin di dunia mereka juga akan mendapatkan poin di akhirat sebagaimana diutarakan oleh pemuda Abid dari Pakistan.
Proses makanan halal di sini harus melalui sertifikasi dari organisasi ulama, sejenis MPU-nya Cambridge, sehingga untuk mendapatkan makanan halal tidaklah susah. Kita bisa mendapatkan di sejumlah supermarket umum seperti Sinbury dan Tesco, bahkan beberapa masyarakat Turki memproduksi minuman mineral seperti Hayat.
Bisnis halal food merupakan salah satu yang menjanjikan di United Kingdom (UK). Karena begitu ada lebel halal seperti ada magnet yang menarik masyarakat untuk mengonsumsinya.
Umat Islam perlu berterima kasih kepada masyarakat imigran muslim dari belahan dunia sehingga UK tidak lagi asing bagi umat Islam. Populasi masyarakat Islam di sini berkisar 12 juta jiwa. Ini membuat UK tidak asing bagi umat Islam. Salam.[]
***
Artikel ini telah tayang di serambinews.com pada Jumat 8 Maret 2019 dengan judul Cambridge, Kota Pelajar Tertua Inggris, http://aceh.tribunnews.com/2019/03/08/cambridge-kota-pelajar-tertua-inggris.