SEJAK tanggal 16 Maret lalu, Perguruan Tinggi Negeri Universitas Malikussaleh benar-benar sepi. Tidak terlihat mahasiswa, dosen dan pejabat lainnya di dalam lingkungan kampus itu, hanya satpam yang setiap saat mondar mandir dengan sepeda motornya memantau ruangan perkuliahan yang kosong.
Aktifitas kampusku tidak seperti biasanya, tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di jalanan, ribuan mahasiswa seolah-olah menghilang begitu saja. Kantin-kantin yang dulu tertata rapi dengan parkiran kendaraan sepeda motor kini hanya menyisakan debu di meja-meja dan tempat duduk yang ada didalamnya.
Taman yang terletak di kampus Bukit Indah dulu jadi tempat favorit mahasiswa untuk melakukan aktivitas di luar kuliah, kini senyap begitu saja. Hanya terdengar suara angin mendesir sambil menggoyangkan dedaunan di pohon yang hijau. Monyet pun berkeliaran dan melirik kanan kiri sembari mencari makan.
Semua itu karena Corona, wabah yang menghantui semua manusia di dunia, tidak terkecuali di kampusku yang kini seolah-olah kehilangan kehidupan, semua mahasiswa diliburkan, tetapi kegiatan belajar dan mengajar tetap berjalan seperti biasanya, hanya berubah sistem didik, dulu bertatap muka dalam ruang kelas, sekarang mereka harus mengikuti pembelajaran melalui perangkat komputer atau laptop yang terhubung dengan koneksi internet.
Hal itu terjadi setelah Rektor menerbitkan surat edaran dan menetapkan status siaga terhadap virus corona (Covid- 19). Dalam surat itu kampus memberlakukan kuliah online, menghindari tatap muka atau kontak langsung untuk mencegah penyebaran virus. Dan meminta sivitas akademika, mulai dosen, mahasiswa, staf melakukan karantina mandiri di rumah serta menghindari keramaian.
Sistem belajar online itu pun banyak mahasiswa kebingungan, bahkan dosen sekali pun. Bingung bukan karena jaringan internet, tetapi aplikasi yang terkadang error dan hanya terbatas beberapa orang saja untuk proses belajar melalui konferensi video.
Ada yang memakai aplikasi yang diterapkan oleh kampus seperti E-learning, ada pula yang menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Dulu mahasiswa menunggu dosennya di dalam ruangan kelas, sekarang mahasiswa harus memiliki paket data dan jaringan internet yang stabil untuk bisa mengikuti mata kuliah.
Karena Corona, mahasiswa harus memahami pola belajar melalui dalam jaringan (daring), walau proses itu tidak memuaskan, karena ruang komunikasi dan interaksi yang terbatas untuk memahami materi yang diberikan oleh dosen.
Kerena Corona, Perpustakaan juga lengang, di dalamnya tidak ada mahasiswa yang biasanya membuka setiap lembar buku untuk dibaca dan menyelesaikan tugas yang diberikan dosennya. Sekarang hanya terlihat deretan buku yang tertata rapi di rak dan mahasiswa harus mengandalkan Google Search untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.
Ya Allah, jauhkanlah Corona dari negeri ini, biarlah hambamu kembali seperti dulu yang sujud kepadamu dengan berjamaah dan mempererat silaturahim sesama kami di dunia ini.
Ya Allah, jauhkanlah Corona dari negeri ini, Kami rindu kebersamaan dan menatap sesama sambil belajar, berdiskusi, bercanda dan berbagi pengalaman.
Semoga Corona cepat berlalu, dan kita kembali seperti yang dulu, saling salaman, berkumpul dalam satu ruangan, dan bebas bertanya dan mengeluarkan pendapat di saat jam kuliah bersama guru kita. Amin.[Bustami Ibrahim]