Kelompok 32 Mengolah Ekstrak Daun Sirih Jadi Hand Sanitizer

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa KKN Universitas Malikussaleh dari Kelompok 32 mengolah daun sirih dan jeruk nipis menjadi hand sanitizer alami yang dibagikan kepada warga Desa Desa Kemili Kecamatan Bebesan, Aceh Tengah, baru-baru ini. Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Takengon – Mahalnya hand sanitizer membuat mahasiswa Universitas Malikussaleh yang sedang melakukan KKN mengolah ekstrak daun sirih menjadi hand sanitizer alami. Hasil kerja Kelompok 32 tersebut dibagikan secara gratis kepada masyarakat di Dusun Perulangan Desa Kemili Kecamatan Bebesan, Aceh Tengah.  

Ketua Kelompok 32, Ihwandi, menyebutkan pembuatan hand sanitizer herbal berbahan dasar daun sirih dan jeruk nipis. “Bahan bakunya bisa dengan mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan gratis,” ungkap mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan tersebut, baru-baru ini.

Kelompok 32 di bawah bimbingan Ayi Jufridar MSM, beranggotakan Nisrina Raihana (Prodi Administrasi Publik), Putri (Teknik Sipil), Neneng, Rani, Fitri dan Salma (Akuntansi). Sebelumnya, Kelompok 32 secara kreatif mensosialisasikan 3M kepada anak-anak desa. “Penegakan protokol kesehatan secara ketat harus dibudayakan sejak kecil,” tambah Neneng tentang sosialisasi protokol kesehatan mulai dari mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker, serta menjaga jarak.

Menurut Ihwandi, dalam menerapkan protokol kesehatan, lebih baik memang mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Tetapi karena di tempat tertentu dan dalam kondisi tertentu sulit mendapatkan air, maka penggunaan hand sanitizer alami menjadi salah satu solusinya. “Kami menggunakan kemasan yang praktis untuk dibawa ke mana saja, bahkan dimasukkan ke dalam kantong,” jelas Ihwandi.

Ditambahkannya, pembuatan hand sanitizer alami tersebut diharapkan bisa memutus mata rantai penyebaran virus korona.

Sementara itu, Ayi Jufridar mengingatkan Kelompok 32 agar membagikan pengetahuan mengolah daun sirih dan jeruk nipis menjadi sabun pembersih tangan harus ditularkan kepada masyarakat setempat sehingga lebih berdaya guna. “Saya sudah minta mahasiswa merancang program kerja yang berdampak jangka panjang,” ujar Ayi Jufridar, Selasa (3/11/2020).

Ia juga mengingatkan mahasiswa bahwa tantangan terbesar dalam kegiatan KKN bukan saja melaksanakan kegiatan yang kemudian dilupakan warga. Namun, bagaimana program kerja KKN bisa mengubah kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik. “Dan itu bukan hanya program kerja yang bersifat fisik, tetapi juga nonfisik tetapi berdampak jangka panjang,” ujarnya. [kur]


Kirim Komentar