Oleh Ihsanul Fikri Hutabarat
Aceh merupakan daerah yang terletak di bagian paling Barat Indonesia. Seperti kita ketahui, Aceh memiliki sumber energi minyak dan gas dalam jumlah besar dengan nilai ekonomis tinggi. Pada Juni 2020, pemerintah pusat telah merestui bahwa Aceh memiliki kewenangan untuk mengambil alih pengelolaan minyak dan gas bumi (migas) Blok B di Aceh Utara.
Selain penghasil minyak dan gas, Aceh juga merupakan daerah yang bergerak dalam sektor pertanian. Sektor pertanian sawit dan kemiri yang merupakan potensi terbesar yang ada di daerah tersebut yang dapat di jadikan sebagai sumber bahan baku energi terbarukan, yaitu biodiesel yang sedang dikembangkan oleh salah satu perguruan tinggi yang ada di Aceh.
Minyak dan gas
Sejak industrialisasi migas modern pada pertengahan abad ke-19, industri migas telah memainkan peran dominan bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia, baik dari sisi penghasilan (produsen) maupun dari sisi pengguna (konsumen).
Dunia industri perminyakan dan gas (migas) adalah sebuah industri yang berbisnis untuk mengangkat cadangan minyak dan gas yang ada di dalam bumi menuju permukaan. Industri minyak dan gas ini merupakan industri yang sangat penting untuk kehidupan manusia, karena banyaknya manfaat dari minyak dan gas yang bisa digunakan dalam melakukan aktivitas manusia sehari – hari.
Dalam pemanfaatannya, minyak bumi dan gas alam bisa digunakan untuk berbagai macam hal, mulai dari bahan bakar, bahan baku industri, bahan pembuatan perabotan rumah tangga, hingga digunakan sebagai bahan untuk produk kecantikan dan dalam bidang kesehatan.
Apalagi dengan adanya kabar baik dari sektor migas di Aceh, bahwa pemerintah pusat telah merestui minyak dan gas bumi di daerah tersebut di kelola oleh PT Pembangunan Aceh (PEMA) yang merupakan Badan Usaha Milik Aceh. Dan juga dalam sektor bagi hasil Aceh memperoleh 70% dan pusat 30%, ini merupakan sutu hal yang sangat baik untuk Aceh agar dapat memberikan perubahan demi mencapai kemajuan di Tanah Rencong.
Dalam hal ini masyarakat Aceh harus mendukung penuh kegiatan pemerintah di sektor industri minyak dan gas dalam mewujudkan rencana pembangunan baru untuk mengeksplorasi serta mengeksploitasi sumur – sumur baru agar produksi minyak dan gas tetap optimal.
Masyarakat juga mengharapkan dan percaya kepada pemerintah daerah untuk dapat mengelola industri minyak dan gas dengan baik, serta pembagian hasil yang terbilang cukup besar dapat di pergunakan untuk kemakmuran masyarakat dengan sebaik – baiknya agar dapat mewujudkan kemajuan di Tanah Rencong.
Energi terbarukan
Energi terbarukan merupakan energi yang berasal dari “proses alam yang berkelanjutan”, seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi. Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan.
Meskipun Aceh tidak termasuk wilayah yang luas dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatra, Aceh memiliki banyak sumber daya alam yang mempunyai potensi besar untuk memenuhi kesejahteraan masyarakatnya. Sebagai wilayah yang tidak jauh dari garis khatulistiwa, iklim di Aceh hampir seluruhnya tropis.
Masyarakat Aceh sebagian besar berpenghasilan dari sektor pertanian. Potensi besar datang dari bagian Tengah dan Selatan Aceh dengan pertanian kemiri, serai wangi, dan sawit. Dengan adanya potensi besar dari sektor pertanian tersebut, maka dapat dimanfaatkan atau diolah sebagai sumber bahan baku dalam pembuatan bahan bakar yang saat ini sedang di kembangkan oleh Center of Exellent (CoE) Universitas Malikussaleh atau pusat unggulan di bidang inovasi dan pengembangan biodiesel berbasis pertanian.
Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat seperti minyak diesel atau solar. Biodiesel disebut juga sebagai bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan baku yang terbarukan, selain dari bahan baku minyak bumi.
Sebelum biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar, biodiesel ini harus diproses lagi untuk menurunkan kekentalannya. Biodiesel ini berperan sebagai pengganti bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui, bahan bakar ini juga memiliki emisi karbondioksida yang rendah sehingga termasuk dalam bahan bakar yang ramah lingkungan.
Bahan bakar berbasis pertanian ini juga memberikan manfaat besar kepada masyarakat khususnya para petani, yang nantinya dapat bekerja sama dengan perusahaan biodiesel untuk memberikan pemasokaan bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan biodiesel ini, baik itu dari pertanian sawit maupun kemiri.
Dengan adanya inovasi – inovasi baru yang dihadirkan di Provinsi Aceh dari sektor industri minyak dan gas dan juga dari sektor energi terbarukan dengan bahan bakar biodiesel yang berbasis pertanian, sehingga dapat memperbaiki atau meningkatkan ekonomi masyarakat, dan diharapkan dapat menjadi strategi yang tepat dalam membantu masyarakat Aceh untuk mencapai kemakmuran yang merata dan kemajuan di Provinsi Aceh.[]
Ihsanul Fikri Hutabarat, mahasiswa Universitas Malikussaleh. Artikel ini merupakan pemenang kedua lomba menulis bertema Harapan Perubahan Aceh 2021 yang digelar Universitas Malikussaleh dan didukung Mubadala Petroleum, Premier Oil, serta SKK Migas.