KOPI merupakan komoditi utama yang memberikan sumbangan pendapatan bagi masyarakat dan daerah di Kabupaten Aceh Tengah. Kopinya lebih dikenal dengan sebutan Kopi “Gayo” karena memiliki karakteristik aroma dan rasa kopi yang khas. Kopi Gayo merupakan varietas kopi arabika yang menjadi salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, Indonesia.
Untuk mendapatkan cita rasa yang khas dari kopi, diperlukan penanganan yang khusus pula, mulai dari panen hingga penyimpanannya. Salah satu hal yang proses yang sangat menentukan adalah proses pengeringan biji kopi.
Secara umum dikenal dua cara mengolah buah kopi menjadi biji kopi, yakni proses basah dan proses kering. Dalam kedua proses tersebut terdapat suatu kesamaan dalam pengolahannya, yaitu sama-sama memerlukan pengeringan.
Proses penjemuran ini bertujuan untuk mendapatkan kadar air yang tepat dalam biji kopi. Pengeringan ini biasanya memerlukan waktu sekitar dua minggu.
Melihat lamanya proses menjemur kopi ini, membuat Saifuddin, dosen Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh memiliki ide untuk menciptakan alat pengering kopi bertenaga surya.
Ide ini muncul karena Saifuddin merasa prihatin melihat sebagian cara menjemur kopi yang dilakukan para petani kopi di Takengon, Aceh Tengah. “Proses menjemur kopi masih banyak dilakukan dengan cara menghamparkan kopi pada sebuah alas di pinggir-pinggir jalan, sehingga kebersihan dari biji kopi yang dihasilkan menjadi kurang terjaga,” ujarnya.
Ide membuat mesin pengering kopi bertenaga surya ini juga dilatarbelakangi karena terdapat permasalahan lain dalam proses pengeringan ini, yaitu cuaca. Menurutnya, permasalahan yang dihadapi petani adalah proses mengeringkan biji kopi saat cuaca tidak cerah dengan tetap menjaga kualitas dari biji kopi.
Berangkat dari permasalahan tadi, pria yang saat ini sedang melanjutkan studi S3 pada Program Doktor Ilmu Teknik bidang Energi Terbarukan di Universitas Syiah Kuala ini menciptakan alat pengering biji kopi bertenaga surya.
Saifuddin juga telah mendapatkan paten untuk alat yang diciptakannya. Hal tersebut tertuang dalam Berita Resmi Paten Sederhana Seri-A Nomor 660 Tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.
Alat yang diciptakannya dapat mengoptimalisasi energi dan panas yang didapat dari sinar matahari. “Solar cell tracker yang disimulasikan digunakan untuk menggerakkan secara otomatis panel surya pada sudut 900 pancaran cahaya matahari, sehingga lebih maksimal jumlah energi dan panas yang didapatkan,” jelas Saifuddin.
Terdapat beberapa kelebihan lainnya dari alat yang diciptakan oleh Saifuddin ini, yaitu 1) bernilai sangat ekonomis, harga alat ini dibanderol dengan harga di bawah Rp10 juta; 2) mudah dibawa karena sifatnya mobile; 3)Sangat mudah digunakan oleh siapa saja, karena teknologi yang digunakan sederhana; 4) bisa dijadikan alternatif sumber energi penerangan rumah tangga kapasitas tertentu, dan 5) menghemat waktu pengeringan.[Riyandhi Praza]
Baca juga: Andik Bintoro Tunjukkan Totalitas dalam Bekerja