BERAWAL dari sebuah gagasan sederhana untuk membantu orang lain, Steem Amal berkembang menjadi sebuah komunitas yang bisa menebar kebaikan sampai ke Filipina dan Venezuela. Kehadiran teknologi blockchain dan cryptocurrency memberikan kemudahan untuk mengalirkan kebaikan yang melampaui batas-batas negara dan benua, hanya dengan sebuah konten di media sosial yang dihargai dengan tiga jenis koin kripto atau cryptocurrency jenis Steem Dollar, Steem, dan Tron.
Adalah Nailul Authar dan Jalal Anroja bersama sejumlah anggota dari Komunitas Steem South East Asia (SEA) yang menggagas lahirnya Steem Amal. Mereka mendirikan sebuah sub komunitas di bawah Steem SEA. Caranya sungguh sederhana, siapa pun di seluruh dunia yang memiliki akun di steemit.com, bisa mengatur hasil dari postingan untuk disumbangkan kepada Steem Amal dalam persentase tertentu, bahkan bisa 100 persen.
“Setelah tujuh hari, hasil postingan dibayarkan, secara otomatis masuk ke dalam dompet Steem Amal,” ungkap Manajer Program Steem Amal, Nailul Authar, ketika mengisi kelas inspirasi mahasiswa Modul Nusantara Kelompok IV Universitas Malikussaleh, Sabtu (16/10/2021).
Ia mengakui, pada awalnya tidak banyak yang tertarik dengan gagasan Steem Amal sehingga bantuan yang terkumpul hanya Rp12 juta. Dana tersebut digunakan untuk program seperti bantuan darurat untuk korban kebakaran, untuk program kesehatan.
Namun, seiring perjalanan waktu dan program Steem Amal mendapatkan dukungan dari Steemit (melalui akun @steemcurator01), sehingga jumlah anggaran mencapai ratusan juta. Program Steem Amal kemudian melebar sampai ke Filipina dan Venezuela berupa program pemberian makanan bergizi. Bahkan kemudian Steem Amal ikut membantu pembangunan rumah di Venezuela, setelah program serupa berhasil di Aceh Utara.
Mengapa Venezuela dan Filipina? Pertanyaan itu dijawab Nailul sebelum mencuat ke permukaan, sebab ia sudah menjelaskan bahwa di kedua negara tersebut sudah ada komunitas Steemit dan memiliki program dengan Steem Amal. “Sekarang, kami juga sedang membangun rumah bantuan di Venezuela,” tambah Nailul.
Sampai sekarang, Steem Amal mengelola dana ratusan juta dari postingan Steemian, sebutan bagi pengguna akun Steemit. Menurut Salman, salah seorang koordinator Steem Amal, dana tersebut “diaudit” secara terbuka oleh Steemian di seluruh dunia karena dilaporkan secara berkala dan terbuka.
Nailul menambahkan, dalam postingan laporan penggunaan anggaran, semua Steemian bisa mengajukan pertanyaan dan berkomentar. Tidak hanya memaparkan tentang Steem Amal, Nailul juga membuka akun Steem Amal serta beberapa jenis postingan dan komentar. Kesempatan tersebut disinergikan dengan tata cara pembukaan akun kepada mahasiswa Modul Nusantara. Panduan tersebut juga disampaikan Salman, pemilik akun @radjasalman yang berprofesi sebagai kepala sekolah di Lhokseumawe.
Tidak semua mahasiswa paham tentang platform Steemit dan cryptocurrency. Amalia Lusiyana dari Universitas Negeri Semarang mengaku baru pertama kali mendengar tentang platform tersebut dan menggunakannya untuk beramal. Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi itu tidak hanya bertanya tentang cara membuat akun, tetapi juga tentang jenis postingan, tata cara pencairan, konversi ke rupiah. “Apakah langsung masuk ke dalam rekening kita?” tanya Amalia.
Sementara Karina Febiola Lutfiansyah dari Universitas Jember mempertanyakan tampilan Steemit berbasis website dan bukannya aplikasi. “Apakah tidak lebih aman bagi pengguna dengan aplikasi dibanding web?”
Pertanyaan tentang ‘like’ atau ‘upvote’ dalam setiap postingan datang dari Ramadhanif Adji Fajri’an. Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman mempertanyakan apakah orang yang memberikan suara terhadap postingan orang lain juga akan mendapatkan keuntungan.
Tidak hanya menyampaikan tutorial cara membuat akun baru, Salman juga berbagi tips sukses di Steemit seperti bergabung dengan komunitas, rajin membaca dan berkomentar dalam postingan tertentu, sampai mengikuti kontes di Steemit yang sangat banyak.
Rahasia sukses di Steemit juga dibagi alumni Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh, Bukhari. Pendiri komunitas @promosteem.com tersebut sedang membangun kafe dari hasil dari Steemit. Pemilik akun @arie-steem itu juga memiliki banyak program yang mendapatkan dukungan dari pemilik akun yang memiliki power tinggi.
“Saya juga mendekati para whale (pemilik power tinggi) melalui aplikasi discord. Tidak selamanya berhasil, tapi setidaknya ini mengasah kemampuan berbahasa Inggris,” pungkas Bukhari yang siap berbagi dengan mahasiswa Modul Nusantara.
Inspirasi pertama tersebut bukan hanya diikuti 18 dari 20 mahasiswa Modul Nusantara Kelompok IV Universitas Malikussaleh, tetapi juga para Steemian dari berbagai komunitas. Para Steemian berharap mahasiswa bisa terinspirasi untuk membuat akun dan ikut berbagi melalui Steem Amal. Platform itu sekaligus menjadi sumber ekonomi baru bagi mahasiswa dan memberi peluang menjadi trader cryptocurrency. [Ayi Jufridar]
Baca juga: Inspirasi Beramal dari Steem Amal: Modul Nusantara