Gawat! Sungai Jambo Aye Terkontaminasi Tiga Mikroplastik Berbahaya

SHARE:  

Humas Unimal
Dua peneliti dari Ekspedisi Jambo Aye mengambi sampel untuk menguji kualitas air di Krueng Jambo Aye yang terkontaminasi mikroplastik. Foto: Ist.

TIM Ekspedisi Jambo Aye atau EJA 2022 menemukan kandungan mikroplastik dalam air Krueng Jambo Aye yang ada di Aceh Utara dan Aceh Timur. Tiga jenis kandungan plastik yang ditemukan adalah filamen, fragmen, dan fiber dengan derajat yang berbeda.

Menurut Meilany Frisillia Marbun dari Universitas Malikussaleh, Tim Ekspedisi Jambo Aye melakukan uji kualitas air pada tiga lokasi, yakni bendungan Jambo Aye di Langkahan, Aceh Utara; di jembatan Pantonlabu di perbatasan Aceh Utara dan Aceh Timur; serta di Waduk Lhokseumawe.

“Dari hasil uji, ditemukan bahwa seluruh lokasi sampling telah terkontaminasi tiga jenis mikroplastik,” ungkap Meilany yang merupakan mahasiswa pencinta lingkungan dari Universitas Malikussaleh.  

Hasil pengamatan melalui mikroskop portable, ditemukan tiga jeni mikroplastik di Krueng Jambo Aye.  Fiber adalah mikroplastik berbentuk benang, yang umumnya berasal dari tekstil atau pakaian yang dicuci kemudian air bilasannya dibuang langsung ke sungai.

Sumber fiber lainnya adalah sampah popok bayi dan popok dewasa yang dibuang ke sungai dan mengalami fragmentasi atau terpecah akibat panas matahari atau gesekan arus air sungai.

Jenis lainnya adalah filamen atau lembaran-lembaran yang umumnya berasal dari plastik lembaran bening seperti tas kiloan, plastik wrapping atau berwarna yang berasal dari tas kresek.

Sedangkan fragmen adalah mikroplastik yang berasal dari cuilan plastik peralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik.  Berdasarkan penelitian, lokasi yang paling tinggi jumlah mikroplastiknya adalah Waduk Lhokseumawe sebesar 96 partikel mikroplastik (PM) /100 Liter. Urutan kedua adalah Jembatan Pantonlabu sebesar 72 PM/100 L. Sedangkan bendung Jambo Aye yang letaknya di hulu kadar mikroplastiknya sebesar 66 PM/100 L.

“Jenis mikroplastik paling tinggi di ketiga lokasi sampel adalah fiber dari limbah domestik,” ungkap Meilany di Lhokseumawe, Sabtu (11/6/2022).

Tim EJA 2022 merupakan kolaborasi antara Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Umpal) Universitas Malikussaleh dengan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara. Kegiatan Tim EJA 2022 dimulai sejak 4 – 6 Juni 2022. Kegiatan Ekspedisi Jambo Aye 2022 dilakukan dalam rangka peringatan hari lingkungan hidup 2022 yang jatuh pada 5 Juni.

“Ada penelitian kualitas air Jambo Aye dan seminar lingkungan hidup dengan tema mendorong gerakan pemulihan sungai di Aceh melalui tolak plastik sekali pakai,” ujar Muhammad Ryanda, mahasiswa pencinta lingkungan dari Universitas Malikussaleh.

Peneliti dari Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi,  mengatakan temuan mikroplastik di Jambo Aye disebabkan banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai. Beragam jenis sampah plastik seperti tas kresek, sachet makanan, styrofoam, popok bayi, dan bungkus personal care  seperti sachet shampo, sabun, detergen cuci, dan botol plastik minuman.

“Sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi menjadi serpihan plastik kecil berukuran di bawah 5 mm yang disebut mikroplastik,” jelas Prigi.

Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan oleh radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air.  Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air.

Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen, dan bakteri pathogen. Jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang, dan air maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormone. “Mikroplastik juga menjadi media tumbuh bagi bakteri pathogen,” ungkap Prigi.

Pengambilan sample air Jambo Aye dilakukan dengan menggunakan LST 1.0, jaring yang diikatkan pada tabung steinless steel dengan ukuran mesh 350 atau dalam satu inch terdapat 350 benang sehingga terlihat seperti kain. Alat LST 1.0 mampu menyaring partikel-pertikel kecil diatas 10 mikron atau 0,01 mm, sehingga ukuran mikroplastik sebesar 5 mm dipastikan akan tersangkut dalam jaring mesh 350.

Air sampel diambil dengan menggunakan ember steinless steel untuk menghindari kontaminasi bahan plastik. Sebanyak 50 liter air diambil pada satu lokasi yang mewakili kondisi lingkungan sekitar. Partikel-partikel yang terjaring dalam LST 1.0 kemudian diamati dengan mikroskop portable dengan pembesaran 40-400 kali, metode yang digunakan adalah rapid test atau metode pengamatan cepat.

Menurut Prigi Arisandi, mikroplastik yang sudah mengkontaminasi air selanjutnya akan memasuki rantai makanan seperti mengkontaminasi ikan, kerang, udang, garam dan pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia.

Berdasarkan penelitian, ada beberapa sumber mikroplastik di Jambo Aye seperti timbulan sampah liar di tepi sungai dan di dalam badan air sungai karena tidak tersedianya sarana tempat sampah yang memadai. Sepanjang saluran air dari Bendung Jambo Aye masyarakat membuang sampah plastik ke tepi sungai atau di tanggul sungai seperti yang banyak dilakukan oleh penduduk di Gampong Alue Krak Kayee. Jembatan juga menjadi tempat pembuangan sampah.

Sumber kedua adalah limbah domestik dari kegiatan mandi dan cuci rumah tangga yang tidak diolah. Lebih dari 90 persen jenis mikroplastik adalah jenis fiber atau benang yang berasal dari  polyester atau bahan pakaian yang di-laundry. Terakhir, sumber lain berpotensi datang dari mikroplastik di udara.

Sepanjang perjalanan Tim ESN dari Aceh Selatan melewati pesisir Barat Pulau Sumatera mulai  dari Aceh Besar, Banda Aceh, Seulawah, dan Bireuen, peneliti banyak menemukan sampah plastik dibuang di tepi jalan, kebun sawit, perairan, sungai, dan di tepi pantai.

“Masyarakat belum menyadari bahayanya sampah plastik sehingga kami melihat banyak sampah plastik tercecer tidak terkelola dan dibakar,” kata Prigi mengingatkan.

Ia mengharapkan pemerintah menyediakan infrastruktur pengolahan sampah sehingga tidak ada alasan bagi warga untuk membuang sampah sembarangan. Saat ini pengelolaan sampah dan sungai dinilai belum menjadi prioritas pemerintah.

Untuk menyelamatkan Jambo Aye dari banjir sampah perlu upaya pengendalian pencemaran dari Balai Wilayah Sungai I yang bertanggung jawab atas pengelolan Jambo Aye. Lembaga itu perlu berkoordinasi dengan Pemkab Aceh Utara, Pemkab Aceh Timur, dan Pemkot Lhokseumawe untuk mengendalikan pembuangan sampah plastik ke perairan atau khususnya Jambo Aye.

Ketiga pemerintah itu diminta memprioritaskan pengendalian dan pengelolaan sampah khususnya sampah plastik, antara lain dengan memberikan teladan dalam perubahan perilaku pengurangan plastik sekali pakai (PSP) dalam setiap kegiatan Pemkab dan Pemkot serta mendukung pemilahan dan pengolahan sampah organik.

Selan itu, ketiga Pemkab/Pemkot  dan Pemerintah Provinsi Aceh perlu menyusun Peraturan Daerah (Perda) pengelolaan sampah dan menerapkan sebagaimana mestinya, terutama regulasi pengurangan PSP (tas kresek, sachet, styrofoam, botol air minum dalam kemasan, popok, dan sedotan.

Ketiga Pemkab/Pemkot diminta membuat dan menerapkan Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) di masing-masing daerah seperti di desa.

Ketiga Pemkab/Pemkot diingatkan untuk menyediakan fasilitas dan infrastruktur pengelolaan sampah khususnya pengelolaan sampah organik.

Pemerintah juga diminta mendukung kampanye Zero Waste, mendukung kampanye pengurangan sampah secara instensif kepada masyarakat. Pemerintah juga harus  menumbuhkan komunitas yang peduli dan ikut menjaga kualitas Jambo Aye.

Ketiga Pemkab/Pemkot harus membuka ruang partisipasi publik dalam upaya pengurangan sampah dan kader-kader lingkungan di gampong-gampong agar ikut menjaga dan mengendalikan pembuangan sampah secara sembarangan.

“Kami juga mendorong produsen untuk mengimplementasikan redesign packaging produk sehingga tidak menimbulkan sampah jenis residu seperti sachet yang tidak bisa didaur ulang,” tegas Prigi.[Ayi Jufridar]


Kirim Komentar