Inspirasi Kreatif dari Pelukis Disabilitas: Modul Nusantara

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa Modul Nusantara Kelompok 3 Nahrasiyah Universitas Malikussaleh mengunjungi Rohani Yusuf, pelukis disabilitas di Desa Pulo Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara, Sabtu (8/10/2022). Foto: Ayi Jufridar

BANJIR parah yang melanda Aceh Utara tidak sampai ke Desa Pulo Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara. Namun genangan air setinggi 25 sentimeter tetap menggenangi halaman rumah Rohani Yusuf, pelukis perempuan disabilitas.

“Bukan banjir kiriman seperti tahun lalu, tapi karena hujan turun tanpa henti,” ungkapnya ketika menerima 20 peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Modul Nusantara Kelompok 3 Nahrasiyah Universitas Malikussaleh, Sabtu (8/10/2022).

Rohani Yusuf (41 tahun) merupakan tokoh inspirasi pertama yang dijumpai mahasiswa Kelompok 3 Nahrasiyah Universitas Malikussaleh di bawah bimbingan dosen pengampu Ayi Jufridar dan mentor Khaira Lulvita dari Fakultas Hukum. Pelukis disabilitas tersebut menjadi pilihan karena semangat hidupnya yang luar biasa dalam mengatasi derita penyakitnya. Alih-alih mengeluh dengan keterbatasan akibat penyakit rematik tulang dan maag akut yang dideritanya, Rohani mencurahkan waktu, pikiran, dan energi kreatifnya di atas kanvas.

Wajar saja kalau kemudian 20 mahasiswa rela mengarungi banjir untuk bertemu dengan Rohani Yusuf. Setelah menempuh perjalanan dari tempat tinggal di Rusunawa Kampus Reuluet, BTN Palda, dan Komplek Perumahan Asean, mahasiswa tiba di rumah Rohani. Mereka harus membuka sepatu untuk melintasi halaman yang tergenang air kecoklatan. Sebelumnya, memang sudah disampaikan banjir ikut menggenangi rumah panggung Rohani.

Menjawab pertanyaan Indah Muji Utami dari Universitas 17 Agustus 1956 Semarang, Rohani mengaku tidak pernah berguru secara khusus dalam melukis. Namun, ia menganggap semua orang yang berbagi ilmu kepadanya sebagai guru. “Saya banyak bertanya kepada pelukis senior melalui Facebook,” ungkap mantan guru honorer tersebut.

Baca juga: Ketika Mahasiswa Modul Nusantara Bertanya tentang Jeulamee 

Mulanya, pertemuan dengan Rohani direncanakan berlangsung di ruang tamu rumah panggung. Untuk kebutuhan tersebut, kakak kandung Rohani, Sawiyah (48), sudah memajang beberapa lukisan di sana. Namun karena Rohani tidak sanggup berjalan, dan tidak sanggup ketika hendak diangkat ke kursi roda. “Lambung saya tiba-tiba kumat,” katanya tanpa bermaksud mengeluh.

Waktu dua jam lebih di kediaman Rohani, diisi dengan berbagai kisah inspiratif tentang perjalanan hidup perempuan itu menjadi pelukis. Banyak yang sudah memesan lukisan darinya, mulai dari anggota DPD asal Aceh, Sudirman, bupati dan pejabat lokal lainnya, sampai Menteri Sosial Tri Rismaharini. “Ketika Bu Tri datang ke Aceh, saya sempat diundang untuk berjumpa,” tambah Rohani.

Pelukis itu juga sempat mendapatkan undangan mengikuti sebuah acara talkshow yang dikelola Deddy Corbuzier. Namun karena tidak bisa berjalan jauh, kesempat itu terpaksa di lepasnya. Rohani juga pernah mendapatkan bantuan kanvas, cat akrilik, serta peralatan melukis lainnya dari Dipo Alam, mantan Menteri Sekretaris Kabinet 2009 – 2014 yang juga seorang pelukis dan penulis. “Bantuan Pak Dipo sampai sekarang belum habis saya gunakan,” katanya lagi.

Fina Fitriyani dari Universitas Negeri Makassar bertanya proses Rohani menjalinkan komunikasi dengan pelukis luar. Rohani mengaku, komunikasi melalui media sosial sangat membantunya dalam berinteraksi dengan pelukis lain. 

Pertanyaan juga datang dari Dhiya Aflah Luswanto Putri dari Universitas Diponegoro tentang rasa bosan yang menghinggapi Rohani dalam menulis. Rohani malah mengaku melukis merupakan jalan kreatif yang ia lakukan untuk membunuh kebosanan. “Saya pun tidak memasang target dalam melukis. Saya nikati saja semuanya,” ujarnya.  Dhiya juga bertanya tentang aliran realisme yang dianut Rohani, meski ia tetap tertarik mempelajari aliran lukisan lainnya.

Sementara Deva Novitasari dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo bertanya siapa saja yang membantu Rohani dalam melukis. Untuk menyelesaikan lukisan, Rohani memiliki asisten yang juga keponakannya, Dewi. Pertanyaan lain datang dari Dina Sobil Ahmadani dari Universitas Muhammadiyah Dr Hamka, Dara Nurhanifah dari Institut Pendidikan Indonesia, serta sejumlah mahasiswa lainnya. Mereka terlihat antusias menggali pengalaman hidup Rohani.

Kelompok 3 Nahrasiyah terdiri dari 20 mahasiswa yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Affan Anansyah Sudirman dan Inatsa Thurfah Soedianda, Andika Fergiansyah dari Universitas Kadiri, Anissa Audina dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Islam, Arindra Dewi dari Universitas Jember, dan Dara Nurhanifah dari Institut Pendidikan Indonesia.

Kemudian Destria Rafika Wulandari Sarjanawiyata Taman Siswa, Deva Novitasari dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Dhiya Aflah Luswanto Putri dari Universitas Diponegoro, Dina Sobil Ahmadani dari Universitas Muhammadiyah Dr Hamka, Fina Fitriyani dari Universitas Negeri Makassar, serta Maryam Uswah Karimah dan Muhammad Syahdan Nurdiansyah dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Mahasiswa lain yang masuk Kelompok 3 adalah Indah Muji Utami dari Universitas 17 Agustus 1956 Semarang, Muhammad Faisal dari Universitas Garut, M Rizal Rizky Ramli dari Universitas Khairun, Muhammad Yusril Busro dari Universitas Merdeka Malang, Nuri Hidayati dari Universitas Sains Al Quran, Reva Ngulya Savi’ah dari Universitas Tidar, dan Siti Muliati Universitas Pendidikan Mandalika. 

Di akhir pertemuan, Rohani mengingatkan mahasiswa agar jangan pernah malas dan jangan pernah lelah menggali potensi diri. “Bakat yang telah diberikan Tuhan, jangan pernah disia-siakan,” pesannya. [Ayi Jufridar]

Sumber: KabarTamiang.com

 


Kirim Komentar