Kreativitas Memberi Nilai Tambah Bagi Umat Islam

SHARE:  

Humas Unimal
Salat Jumat di Masjid Baiturrahman, Lhokseumawe, Jumat (26/7/2019). Foto: IST.

UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Islam adalah agama rasional sehingga sangat menghargai proses berpikir dan dalam Alquran banyak ayat yang berkaitan dengan hal tersebut. Kreativitas bukan barang haram, bahkan budaya kreatif harus diperkuat untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat Muslim di dunia.

Dalam sejarahnya, banyak persoalan umat yang diselesaikan melalui proses kreatif. Nabi Daud AS adalah seorang kreator yang menciptkan baju besi terbaik di dunia sebagai disebutkan dalam Surat Saba’ ayat 10 dan 11. Demikian juga Salman Alfarisi adalah kreator dalam perang Khandaq dan Abdurrahman bin Auf adalah entrepeneur yang berkontribusi terhadap perekonomian Madinah di awal hijrah.

“Banyak persoalan umat diselesaikan dengan proses kreativitas, termasuk Rasulullah menyelesaikan konflik antar-kaum Quraisy yang merasa paling berhak memindahkan batu Hajar Aswad. Solusi yang diberikan Rasulullah dengan membentangkan surbannya dan meletakan Hajar Aswad di tengah, lalu diangkat bersama adalah solusi yang sempurna,” ujar Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Tgk Dr H Mohd Heikal  ketika menjadi khatib Jumat di Masjid Baiturrahman, Lhokseumawe, Jumat (26/7/2019).

Baca Juga: Ketua Prodi Manajemen Unimal: Himamen Ikut Dongkrak Akreditasi

Menurut Tgk Heikal, antara berpikir dan kreativitas memiliki keterkaitan yang kuat karena kreativitas adalah proses yang melibatkan cara berpikir sehingga melahirkan daya cipta yang memiliki kebaruan. “Kreativitas memberikan nilai tambah bagi umat Muslim di seluruh dunia dan di berbagai bidang,” tambah Tgk Heikal.

Dosen di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Unimal itu menyontohkan makanan halal atau halal food yang diproduksi di seluruh dunia, sebagaian besar justru berasal dari negeri non-Muslim. Dari 10 besar negara penghasil makan berstandar halal seperti Brasil, Thailand, Amerika Serikat, dan sebagainya, memiliki populasi umat Islam yang rendah tetapi memiliki produksi makanan bersertifikasi halal yang lebih tinggi.  

Dengan kreativitas dan produktivitas, umat Islam tidak sekadar menjadi konsumen dalam persaingan di berbagai bidang. Di tengah persaingan yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi yang pesat, kreativitas menjadi kunci keberhasilan umat Muslim. “Seharusnya kita menjadi pemenang karena kita memiliki Alquran sebagai rujukan untuk semua persoalan,” demikian Tgk Heikal.[ayi]


Berita Lainnya

Kirim Komentar