Kelompok Rampagoe Meusuraya PMM Unimal Ikuti Modul Nusantara Kebhinekaan Di Lhokseumawe

SHARE:  

Humas Unimal
Kelompok Rampagoe Meusuraya PMM Unimal Ikuti Modul Nusantara Kebhinekaan Di Lhokseumawe

UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Sejumlah Mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang belajar di Kampus Universitas Malikussaleh mengunjungi Waduk Jeulikat, Islamic Center Kota Lhokseumawe, dan Pantai Ujong Blang dalam rangka kegiatan Modul Nusantara Pertama. 

Dosen Modul Nusantara, Imam Shadiqin MSi mengatakan, Kampus Merdeka merupakan program yang dibentuk oleh Kementrian Pendidikan Budaya, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) yang memiliki beberapa program, salah satunya program PMM. Selain mempelajari antar budaya di Indonesia, PMM juga memberikan Perkuliahan seperti Program studi yang dijalani kepada mahasiswa pada umumnya. 

“Kali ini dalam rangka Modul Nusantara pertama yang dilaksanakan kelompok IV “Rampagoe Meusuraya” Mengunjungi Waduk Jeulikat sebagai lokasi pertama untuk pelaksanaan Modul Nusantara, disini para mahasiswa PMM tersebut diperkenalkan tradisi “Makan Ranup” yang merupakan Tradisi yang dilaksanakan ketika kedatangan tamu dalam masyarakat Aceh,” katanya. 

Imam menyebutkan, ia juga meresmikan nama Kelompok IV tersebut menjadi “Rampagoe” berdasarkan arti kata filosofis bahasa Aceh, yaitu sejenis alat atau gunting yang digunakan untuk membelah Pinang dan masih ada kaitannya dengan tradisi masyarakat Aceh makan Ranup yang berupa daun sirih yang didalamnya berisi biji pinang, gambir,dan sedikit kapur. 

Lanjutnya, terdapat 26 Mahasiswa anggota kelompok IV “RAMPAGOE” yang berasal dari berbagai Provinsi di Indonesia, diantaranya seperti Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Semarang, Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Bali, dan Jawa Timur .

 

Niar, Selaku salah satu anggota kelompok yang berasal dari Gorontalo mengatakan bahwa dia sangat antusias dengan kegiatan Modul Nusantara ini. 

“Saya datang jauh-jauh dari Serambi Madinah (Julukan Kota Gorontalo) menuju Serambi Mekah tidak menyangka dapat menemukan suatu hal yang luar biasa kali ini Mulai dari Tradisi, keragaman, rasa toleransi masyarakat Aceh dalam menjalani ataupun bersosialisasi dalam kehidupan,” ungkapnya.

Kisahnya lagi, terutama tradisi makan ranup yang baru pertama kali dijumpai ketika datang di Aceh yang bukan hanya sekedar makan ranup tapi dibalik itu semua terkandung makna dan filosofis tersendiri.

“Menurut saya masyarakat Aceh ini kental akan tradisi adat istiadat yang bukan hanya dilaksanakan oleh orang tua tapi para generasi muda juga masih tetap ikut mempertahankan dan  melestarikannya,” jelas Niar.

Kegiatan Modul Nusantara yang dilaksanakan di waduk jeulikat pada hari itu pula menggunakan metode eksplorasi diskusi bersama oleh mahasiswa pertukaran yang diarahkan langsung oleh Dosen Modul Nusantara Bersama Mentor kali itu yang mendampingi, dan di waduk jeulikat mereka mengenal salah satu alat Penumbuk beras masyarakat Aceh yang digunakan pada zaman dulu yaitu “Jeungki”.

“Zaman dahulu sebelum ada mesin penumbuk padi masyarakat Aceh Menggunakan alat ini untuk membuat padi terpisah dengan kulitnya dan menjadi beras, juga digunakan untuk membuat beras menjadi tepung, dan sampai sekarang alat ini masih tersimpan di lokasi waduk jeulikat dan masih tetap terjaga dan tetap dilestarikan  sehingga jika ada para pengunjung datang untuk melakukan observasi, eksplorasi dan kegiatan lainnya masih bisa dilihat dan dijumpai di tempat itu,” terang Imam Shadiqin. 

Dan perjalanan modul nusantara kali ini diakhiri dengan menuju lokasi ke 3 yaitu “Pantai Ujung Blang” disana mahasiswa PMM Kelompok IV selain menikmati keindahan pesisir pantai, disana mereka juga melakukan observasi dan eksplor terkait kehidupan lingkungan sekitar masyarakat pesisir tersebut sambil berinteraksi langsung dengan masyarakat Lokal yang berada dilokasi tersebut.[tmi]


Kirim Komentar