UNIMALNEWS | Reuleuet - Mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)berkolaborasi dengan Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Malikussaleh adakan simulasi pernikahan menggunakan adat Aceh. Kegiatan tersebut belangsung di Mesjid Sultan Malikussaleh, Kampus Reuleut, Aceh Utara, Kamis (13/6/2024).
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Wakil Dekan Bidang Keuangan FKIP, Teuku Azhari MEd, Ketua Jurusan Antropologi dan Sosiologi, Dr Abdullah Akhyar Nasution, Ustad Tgk Zarkasyi MHI sebagai Imam Besar Masjid Sultan Malikussaleh, para dosen Prodi Bahasa Indonesia dan Prodi Antropologi serta para mahasiswa.
Berdasarkan pantauan Unimalnews, simulasi tersebut dilakukan sebagai agenda kegiatan praktek pada mata kuliah drama yang diambil oleh mahasiswa semester empat.
Reza Pahlevi Ginting MPd selaku pengampu mata kuliah drama menjelaskan bahwa kegiatan simulasi pernikahan ini merupakan bagian dari drama budaya.
"Kegiatan ini merupakan sebuah praktik dari mata kuliah drama. Kalau tahun lalu ada festival sastra dan dua tahun yang lalu ada pesta sastra, jadi kita project akhirnya selalu berbentuk produk," terangnya.
Ia juga menyampaikan bahwa penampilan drama budaya dilakukan dalam bentuk pernikahan adat Aceh. "Karena memang itu yang disepakati, apalagi kita menghormati budaya yang ada di sekitar kampus Malikussaleh," ungkapnya.
Untuk persiapan, kata Reza, sudah dilaksanakan selama dua bulan terakhir. "Kita mulai dari menentukan konsep, kemudian kita harus tahu aturan-aturan bagaimana adat itu dijalankan, seperti ada selangke, ada duk pakat, ada cah rauh, kemudian ada akad, resepsi dan seumapa," sebut Reza.
Jadi prosesi-prosesi itu yang akan kita coba munculkan akan menjadi sebuah video yang dapat menggambarkan prosesi pernikahan menggunakan adat Aceh.
"Ketika video telah lengkap dan ditayangkan, dan tayangan tersebut akan kita daftarkan ke HKI, kita punya hak cipta sendiri dan khususnya untuk menambah penilaian yang cukup baik untuk produk-produk yang dihasilkan oleh mahasiswa, baik untuk Prodi maupun fakultas, apalagi ini kolabirasi antara pendidikan Bahasa Indonesia bersama Prodi Antropologi. Jadi kedua prodi ini masih bisa bersatu dalam suatu karya melalui karya drama budaya," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FKIP, Teuku Azhari MEd menyampaikan bahwa kegiatan yang dilakukan ini sagat positif karena dapat memberikan wadah bagi mahasiswa dalam berkreasi.
"Jadi pembelajaran itu tidak hanaya berpusat di kelas, namun bisa kita gantikan menjadi bentuk kegiatan yang lebih rill," terangnya.
Ia mengharapkan kedepan agar kegiatan-kegiatan sejenis ini dapat dimasukkan kedalam rencana kegiatan fakulsat setiap tahunnya.
"Jadi nanti kegiatan-kegiatan seperti ini dapat langsung mendapatkan suport, bagi dari perencanaannya maupun penganggarannya," pungkasnya. [fzl]