Mahasiswa Prodi Antropologi Gelar Diskusi Bersama Antropolog Universitas Toronto

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa Prodi Antropologi Gelar Diskusi Bersama Antropolog Universitas Toronto. Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Bukit Indah - Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Malikussaleh gelar kegiatan Antropological Series Discussion dengan tema "Kesehatan Mental dalam Sudut Pandang Antropologi".

Kegiatan ini berlangsung di ruang diskusi Laboratorium Antropologi, Kampus Bukit Indah, Selasa (24/09/2024).

Koordinator Prodi Antropologi, Ade Ikhsan Kamil MA, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kesehatan mental menjadi penting untuk dibahas, terutama Aceh menjadi daerah yang sangat berpengaruh dalam menangani kesehatan mental.

"Diskusi ini menjadi pemantik bagi kita bersama untuk memperdalam kajian Antropologi Medis. Semoga teman-teman dapat menggali lebih banyak pengalaman dari pemantik kita hari ini tentang pengalamannya di lapangan mengkaji kehidupan masyarakat Aceh," ungkapnya.

Pemantik acara diskusi dibawakan oleh Louis Plottel yang merupakan kandidat PhD dari Universitas Toronto. 

Dalam materinya, Louis menjelaskan bahwa Aceh merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting dalam pembelajaran kesehatan mental. 

"Ada berbagai hal yang telah dialami oleh masyarakat Aceh seperti konflik dan juga tsunami sehingga memunculkan trauma bagi yang mengalami hal tersebut," katanya. 

"Tidak hanya kesehatan mental terkait dengan tsunami tetapi juga dengan konflik, dua dua fokus itu biasanya difokuskan pada trauma. Jadi, setelah tsunami ada banyak penelitian di Aceh tentang trauma," ungkapnya.

Ia juga membahas tentang penelitiannya yaitu adiksi penggunaan narkoba dan berfokus pada sabu-sabu. 

"Alasan saya berfokus pada kajian ini, itu sebetulnya karena latar belakang wilayah saya,"

Louis menunjukkan gambar kota tempat tinggalnya di Canada yang biasanya dianggap sebagai kota ke 3 yang layak huni di dunia dan kota paling bagus di dunia dengan populasinya sekitar 2,5 juta.

"Tapi, pada waktu yang sama kota tersebut memiliki tingkat penggunaan narkoba tertinggi di dunia," jelasnya.

"Jadi, saya sudah menceritakan latar belakang saya dan yang menjadi alasan saya mengapa Aceh menjadi tempat penelitian saya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan undang undang narkoba yang paling ketat di dunia, khususnya dengan hukum mati. Di samping itu, jumlah penggunaan narkoba di Indonesia juga sangat besar," pungkasnya. [fzl]


Berita Lainnya

Kirim Komentar