UNIMALNEWS - Dampak pandemi Covid-19 dirasakan oleh ribuan mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal). Keluhan yang mereka hadapi beragam, mulai dari masalah psikis karena bosan menjalani kuliah jarak jauh hingga dampak ekonomi seperti habisnya perbekalan selama hidup di indekos.
Seperti halnya dirasakan oleh mahasiswa asal Papua, mereka yang sedang menjalani kuliah di Unimal lebih banyak bertahan di kos ketimbang harus pulang ke kampung halamannya. Ada juga yang memilih pulang, itu hanya dua orang dari jumlah mereka yang kuliah di Unimal sebanyak 16 orang dan tiga lagi berasal dari Provinsi Papua Barat. Jadi keseluruhan mereka ada 19 mahasiswa dari daerah bagian Indonesia Timur itu.
Di balik itu ada kisah yang menyentuh hati penulis selama mereka tinggal di tempat kos, pasalnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka harus mengutang di kios yang sudah menjadi langganannya selama tinggal di daerah itu.
Tidak tanggung-tanggung, mereka mengambil bon utang itu selama enam bulan. Itu disebabkan mereka adalah penerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Selain untuk kebutuhan kampus mereka juga menyisihkan uang beasiswa itu untuk melunasi utang. Dan itu dilakukan secara berkelanjutan dari masa kuliah hingga mereka menjadi sarjana.
Dengan kondisi ekonomi seperti itu, tidak menjadikan semangat mereka surut untuk tetap bertahan di tengah wabah virus Corona, rata-rata mahasiswa itu berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah dan sama sekali tidak pernah meminta uang kepada orang tuanya.
Salah seorang mahasiswa Papua, Ponsianus Ronald Orawiyauta mengatakan mereka memilih tinggal di Aceh karena mudah dalam mengikuti pelajaran dalam jaringan (daring) via online. Kemudian jika pulang kampung dirinya harus memiliki uang perjalanan minimal Rp5 juta. Dan belum ada jaminan di daerahnya nanti terjangkau jaringan internet untuk mengikuti kuliah online.
Bertahannya mereka di kota Lhokseumawe mendapat respon dari berbagai pihak khususnya Universitas Malikussaleh dengan memberi bantuan sembako dan berbagai bantuan lainnya.
“Masyarakat di Aceh khususnya Lhokseumawe sangat perhatian kepada kami, mereka baik dan juga ramah ketika menyapa kami yang tinggal di kos,” kata Ronald saat ditemui tim Unimalnews pada Jumat (5/6/2020).
Mahasiswa asal Papua yang lain, Mair Yikwa kepada Unimalnews menyampaikan selama berada di Lhokseumawe sangat lancar dan memudahkan dia untuk mengikuti kuliah online. Namun, untuk keluar kos mereka tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19 yang diterapkan oleh pemerintah. Karena sekali-kali mereka harus menggunakan jaringan internet di warung-warung yang ada di seputaran tempat kos mereka.
“Pada awalnya kami terkendala di bahan makanan. Mau mengharapkan kepada orang tua di Papua, tapi semua dalam kondisi yang sangat sulit. Pada pertengahan April kami dapat bantuan dari Unimal,” sebut Mair.
Kemudian, dia menyebutkan selama Covid-19 mereka tidak kekurangan makanan, karena Universitas Malikussaleh sendiri sudah dua kali menyalurkan bahan makanan atau sembako pada bulan April dan Mei. Selain itu mereka juga mendapat bantuan sembako dari Kapolres Lhokseumawe.
“Dari Pemerintah Provinsi Papua kami juga ada dapat bantuan uang, dan itu cukup buat kehidupan kami di kos,” kata Mair Yikwa mahasiswa Komunikasi FISIP Unimal.
Data 19 Mahasiswa dari Provinsi Papua dan Papua Barat
Mahasiswa yang berasal dari Provinsi Papua dan Papua Barat dan saat ini sedang kuliah di Unimal adalah Tulem Bayage, Mair Yikwa, Ponsianus R. A Orawiyauta dari Prodi Komunikasi dan Osea Petege dari Prodi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Kemudian Weki Penggu, Debora Salak, Wini Kalonia Wader, Beres Alfredo Wereky Maling, Agustina Infaindan, Mariance Wulanangaw dari Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Selanjutnya, mahasiswa Papua yang dari Fakultas Pertanian adalah Tirsa Ruth Sanoy, Simon Efredire, Demijhon Pakage dari Prodi Agribisnis, Maria susana Hindom dari Prodi Akuakultur.
Untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ada tiga orang yaitu Gabriel Nolbing Otom Prodi Pendidikan Kimia, Natalis Paragaye dan Charles katunggung dari Prodi Pendidikan Vokasional Teknik Mesin.
Sedangkan untuk Fakultas Kedokteran hanya satu orang, yaitu Riki Mirip dari Prodi Psikologi, dan satu orang lagi, Arnold Ap Pekey dari Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik.[Bustami Ibrahim]