Manuver Generasi Z Bangun Tanah lokal di Era Ekonomi Digital

SHARE:  

Humas Unimal
Cut Syifa Humaira, Siswi SMAS Sukma Bangsa Lhokseumawe. Foto: Ist.

Oleh: Cut Syifa Humaira

Generasi Z sebutannya, generasi yang lahir setelah generasi Y. Kumpulan insan dari rentang tahun 1995-2010. Generasi yang didambakan sebagai penerus dari banyak kesalahan yang dilakukan generasi Y menuju gerbang perbaikan untuk bangsa. Lahir di tengah-tengah pertumbuhan teknologi membuat generasi ini dijuluki sebagai iGeneration, yaitu generasi yang tumbuh di era digitalisasi yang terus bereformasi. Hadir sebagai dambaan membuat generasi Z menjadi akrab dengan teknologi yang diharapkan dapat membangun bangsa yang lebih baik.

Dunia digital dalam kehidupan para generasi Z adalah sebuah poros untuk bertindak. Bagi generasi Z, dunia digital adalah teman dalam hidupnya. Dianalogikan layaknya oksigen, itulah yang saat ini terjadi pada generasi Z yang berteman baik dengan teknologi. Perkembangan dunia digital menjadi langkah awal untuk para generasi Z agar berinovasi dengan segala keahlian yang dimiliki untuk membuktikan bahwa dunia yang hadir di tengah-tengah insan cendikia ini dapat meraup nilai komersial yang tinggi. Era digital yang terus bereformasi membuat semua kalangan turut serta mengikuti euforia perkembangannya. Awalnya mungkin sebagai kesenangan, tapi di sisi lain era digital dapat menjadi bumerang untuk para generasi Z.

Tak hanya itu saja, era ekonomi digital yang terus berkembang pesat juga membuat banyak perubahan yang terjadi pada tatanan hidup masyarakat. Dimulai dari munculnya beragam e-commerce yang membuat para pejuang UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) menggunakan dunia digital untuk menjual produk dan bisa berinovasi sesuai dengan trend dan brand yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Keberaadan e-commerce memang terbilang cukup baru, namun kehadirannya mampu mengguncang dunia perekonomian bangsa. Belum lagi proses revolusi yang terus berkembang pesat membuat masyarakat harus bisa mengaplikasikan dunia digital pada sektor ekonomi.

E-commerce sudah menjadi salah satu alternatif untuk berjualan, karena hadirnya e-commerce yang memerhatikan segala aspek pengerjaannya membuat kerja nyata dari industri digital yang berkembang pesat. Menurut pengamat Ekonomi, Josua Pardede, e-commerce bisa menjadi salah satu terobosan untuk ke depannya karena mempunyai potensi mengubah gaya hidup baru dalam berbelanja, tak lupa pula didukung dengan sistem pembayaran cashless dan digital yang membuat masyarakat mudah berbelanja kapanpun dan di manapun.

 

Potensi E-commerce berkembang di Tanah Rencong
Saat ini segala hal yang berkembang tak lepas dari pengaruh bangkitnya teknologi. Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) ditemukan bahwa penggunaan internet meningkat dengan pesat dari sekitar 88,1 juta pengguna di tahun 2014 menjadi 143,26 juta pengguna pada tahun 2017.

Perkara ini bermula semenjak keberadaan gawai yang menjadi faktor terkuat terjadinya peningkatan pesat pada penggunaan internet. Menurut APJII melalui data statistik ditemukan sebanyak 98,6% manusia mengetahui adanya situs jual beli online, didapatkan ada sekitar 82,2 juta orang pernah mengunjungi situs jual beli online (e-commerce).

Sekitar 32% layanan yang paling banyak digunakan adalah untuk melakukan pembelian barang, namun cukup disayangkan hanya sekitar 9% pengguna baru menggunakan e-commerce untuk berjualan. Dengan peningkatan yang cukup pesat ini tak dapat dipungkiri banyak para pemuda/i Indonesia yang mengambil kesempatan untuk membuka usaha karena ini adalah sebuah potensi untuk menunjukkan bahwa e-commerce dapat berkembang lebih besar.

Sekarang sudah banyak bermunculan situs-situs e-commerce yang tak asing di telinga kita, seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, serta Bukalapak. Menurut data Wearesocial dan Hootsuite, sekitar 90% pengguna internet Indonesia pernah berbelanja online. 

Hal ini merupakan salah satu pencapaian yang baik untuk Indonesia karena bisa menaklukkan teknologi dan mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Pesatnya perkembangan e-commerce ini juga tak berjauhan dengan kehidupan generazi Z. Hal inilah yang membuat dampak baik dari keberadaan e-commerce terutama pada masyarakat lokal.

Belakangan ini anak muda di kota Lhokseumawe membuat layanan transportasi online Kooda. Kehadiran e-commerce yang menawarkan jasa di tanah lokal seperti ini dapat membuktikan inovasi terbaru dari kalangan muda dapat meningkatkan sektor ekonomi di tanah lokal.

Nezar Patria, salah satu wartawan senior Aceh, menyatakan bahwa poros ekonomi masyarakat Aceh sangat diharapkan dapat berkembang. Melalui ekonomi kreatif menurutnya  pemerintah harus bisa ikut andil membangun ekonomi dari desa  dengan memanfaatkan Badan Usaha Milik Desa yang dipadukan dengan teknologi. Sebagai generasi muda kita harus mampu mengembangkan UMKM dan berkolaborasi dengan kancah teknologi untuk menguatkan poros ekonomi daerah walaupun dengan basis dunia maya.

 

Aneuk Aceh dan dunia baru
Generasi Z dikenal sebagai pribadi yang tidak lebih berpusat dari kaum milenial. Pemikiran yang lebih mendunia membuat generasi Z dikenal dengan kata serba bisa. Bisa lebih individual, lebih mengglobal, lebih cepat terjun ke dunia maya, dan yang paling utama, yaitu yang lebih “ramah” pada teknologi. Pertemanan yang baik antara generasi Z dan teknologi membuat pandangan baik dari generasi sebelumnya untuk yakin bahwa masa depan bangsa akan sukses ditangan para generasi Z.

Salah seorang aneuk Aceh ini dapat membuktikan bahwa pertemanannya dengan teknologi dapat membuat taraf hidupnya meningkat. Layla Maysarah, gadis dari Idi yang dapat meraup nilai komersial yang tinggi dari bakatnya dalam hal bisnis. Gadis yang sering disapa Ela memulai bisnis dari tingkatan yang masih standar. Bermula hanya dengan menjual hal-hal unik yang digemari para remaja di akun e-commerce nya hingga ia dapat menghasilkan banyak keuntungan dalam penjualannya. Baginya, memasarkan produk di dunia digital dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi karena sukses tak akan cukup hanya di dunia nyata tapi perlu adanya pembaruan kerja cerdas di dunia maya. Pengalaman ini bisa menjadi contoh untuk generasi Z untuk memanfaatkan teknologi cerdas yang ada.

Perkembangan e-commerce di Aceh memang belum signifikan, tapi kemunculannya sangat diharapkan untuk mampu menaikkan taraf ekonomi Aceh yang dinilai rendah. Sebagai langkah awal aneuk Aceh bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk bijak dalam penggunaan teknologi, agar tujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi lokal dapat terealisasikan.

Dengan peningkatan pesat pengguna pada e-commerce di tiap tahunnya dapat menjadi langkah awal ekonomi lokal dalam basis digital. Tak dapat dipungkiri dengan hebatnya penguasaan digital ini masih banyak masyarakat yang kurang percaya akan situs bisnis online.

Untuk itu, ini dapat menjadi jalan untuk lebih mengedukasi masyarakat dengan cara yang strategis, sebagai contoh pebisnis muda harus bisa mengulas produk yang dimiliki dengan standar terbaik yang dapat dipercaya serta menjamin bahwa produk itu layak dipasarkan.

Tahapan seperti ini dapat menjadi awal menuju gerbang perbaikan bangsa karena hadirnya e- commerce sendiri cukup membuat kualitas SDM berkembang, seperti hal nya transportasi online Kooda dan Oke Jack yang sudah merekrut lebih dari 30 pengemudi di kota Lhokseumawe. Ini terobosan yang cukup baik untuk mengurangi pengangguran yang cukup tinggi di Aceh. Kehadiran era ekonomi digital sangat membantu perekonomian negara.

Dengan demikian, diharapkan respon positif dari pemerintah untuk memperhatikan serta mengawasi perkembangan ekonomi digital sebagai ujung tombak perekonomian di tanah Aceh.[]

 

Cut Syifa Humaira, siswi SMAS Sukma Bangsa Lhokseumawe. Pemenang pertama kategori siswa Lomba Menulis Artikel "Harapan Perubahan Aceh" yang digelar Universitas Malikussaleh dan didukung Mubadala Petroleum, Premier Oil, dan SKK Migas.

 

 


Berita Lainnya

Kirim Komentar