UNIMALNEWS | Bukit Indah – Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau PMM di Universitas Malikussaleh secara resmi berakhir, Selasa (8/2/2022). Para mahasiswa Universitas Malikussaleh yang berada di luar Aceh ditarik dan mahasiswa dari luar Aceh yang mengikuti PMM di Universitas Malikussaleh secara daring pun sudah kembali ke kampus masing-masing.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Malikussaleh, Dr Baidhawi, menyebutkan untuk tahun ini program PMM akan dilaksanakan secara luring. “Kami sudah menyiapkan asrama putra di Kampus Reuleut dan asrama putri di Kampus Bukit Indah,” ungkap Baidhawi ketika menutup pelaksanaan PMM di Aula Cut Meutia Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe, Selasa.
Dalam kesempatan tersebut, Baidhawi juga mengingatkan dosen harus mengakui sesuai dengan program Kemendikbud sebanyak 20 SKS. Ia juga menyebutkan dari rencana 30 persen mahasiswa Unimal yang mengikuti PMM, hanya terlaksana 3 persen saja karena pandemi Covid-19.
Dalam kesempatan itu, Baidhawi juga menyinggung tahun ini ada kegiatan MBKM yang bersifat mandiri, seperti dari Fakultas Teknik yang diikuti 100 mahasiswa dan diakui sebagai KKN sebanyak 3 SKS.
“Semester ini sudah ada beberapa kegiatan yang sudah diumumkan. Disarankan mahasiswa ikut program kreativitas mahasiswa. Bagi yang lolos ke nasional dan dapat medali, diakui sebagai skripsi, sesuai dengan peraturan rektor. Selain itu, ada beberapa program hibah lainnya yang diharapkan bisa diikuti mahasiswa,” jelas Baidhawi.
Sebelumnya, person in charge PMM Universitas Malikussaleh, Prof Dr M Sayuti, menyebutkan ada 96 mahasiswa dari 35 perguruan tinggi di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB, dan Maluku yang mengikuti program tersebut. Sementara ada 106 mahasiswa Universitas Malikussaleh yang mengikuti PMM di 26 perguruan tinggi di berbagai daerah di luar Sumatra. Selain itu, ada lima dosen Universitas Malikussaleh yang mengampu program Modul Nusantara sebanyak 25 modul.
“Saat ini masih ada mahasiswa Universitas Malikussaleh yang masih mengikuti ujian final di berbagai perguruan tinggi di luar Sumatra. Jadwal kuliahnya berbeda sehingga ada yang belum mendapatkan nilai. Mereka akan diberikan nilai setelah mendapatkan dari luar institusi kita,” jelas Sayuti.
Menurutnya, dari 106 mahasiswa Unimal mengikuti PMM tidak semuanya secara luring, tetapi ada juga yang daring, tergantung kebijakan universitas bersangkutan.
Yuni Listiawati dari Universitas Madura dan mengikuti program Modul Nusantara di Kelompok IV Universitas Malikussaleh mengaku banyak belajar dan bertukar pikiran dengan dosen dan mahasiswa. Ia mengikuti program Modul Nusantara di bawah bimbingan Ayi Jufridar. “Kami banyak belajar budaya Aceh yang ternyata sama dengan beberapa budaya di Madura dan daerah lain di Jawa. Hanya beda namanya saja,” ujar mahasiswa Program Studi Akuntansi tersebut.
Sementara mengenai perkuliahan di Universitas Malikussaleh, menurutnya ada sesuatu yang berbeda karena ada nilai-nilai moral yang diajarkan di setiap mata kuliah. “Itu agak berbeda dengan kampus lain,” tambah Yuni saat menyampaikan pesan dan kesan secara daring.
Sedangkan Tajuk Tangke Nate dari Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh menyebutkan pelajaran luar biasa dari PMM adalah saling menghargai dan menghormati sesama mahasiswa yang berbeda budaya, mulai dari Aceh sampai Papua. “Kami benar-benar merasakan makna kebinekaan,” ujar Tajuk yang mengikuti pertukaran mahasiswa di Universitas Muslim Indonesia di Makassar.
Rektor Universitas Malikussaleh, Prof Dr Herman Fithra Asean Eng, mengharapkan ilmu yang didapat selama satu semester bisa menambah wawasan mahasiswa dan memperkuat kebinekaan di kalangan mahasiswa. [ayi]
Baca juga: Unimal Terbitkan Peraturan Rektor Atur Pelaksanaan MBKM