Dr. Muhammad Daud Nurdin adalah salah seorang dosen Teknik Elektro Universitas Malikussaleh. Penampilan pertama ketika melihatnya sangat terkesan rendah hati dan sederhana. Daud telah merintis karir sebagai tenaga pengajar sejak awal penegerian Unimal.
Kisahnya berawal ketika bergabung di Unimal di awal tahun 2002. Saat itu ia sedang mengambil gelar sarjana di Prodi Tehnik Elektro Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 2001. Setelah selesai ia diangkat di kampus yang baru dinegerikan oleh Presiden Megawati saat itu.
Setelah dua tahun mengabdi di Unimal sebagai dosen, dia beranjak untuk menuntuk Ilmu ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama dua tahun disana dia menyelesaikan pendidikan Magister (S2) pada 2006. Setelah setahun berada kembali di kampus Unimal, ia melanjutkan pendidikan doktor yang dimulai pada 2007 dan selesai pada 2012.
Setelah itu ia kembali ke kampus dan melakukan pelbagai aktivitas pengabdian dalam jajaran struktural. Pada 2015, dibawah kepemimpinan Dekan Teknik, Herman Fithra, ia kembali mendapat amanat untuk menjadi ketua Unit Jaminan Mutu di Fakultas Tehnik dan berjalan satu tahun yang berakhir pada tahun 2016.
Sejak tahun 2016, yang menjadi jalan penting pengabdiannya yang jarang diketahui oleh civitas akademika Unimal. Ia diberi tugas untuk bekerja dalam tim kerja (task force) untuk melakukakan pelaporan data kerja penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para dosen. Selama ini kerja penelitian dan pengabdian yang dilakukan dosen tidak memiliki pola dokumentasi yang baik, sehingga tidak memberikan dampak pada peningkatan akreditasi di kampus. Mulailah ia melakukan publikasi data Ilmiah dan penelitian dosen yang dimasukkan dalam pelaporan sistem Dirjen Ristekdikti.
Setiap tahun, Ristekdikti merillis hasil peringkat kampus yang ada di Indonesia, yang salah satunya adalah laporan penelitian yang menjadi kebijakan penting bagi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia untuk menentukan tingkat pembinaan termasuk di antaranya alokasi dana untuk perguruan tinggi termasuk Unimal.
“Pada tahun 2018 Unimal mendapat rangking 79 dari seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Selama dua tahun terakhir banyak hasil penelitian yang telah terkumpul, bahkan sudah terpublikasi hingga 200 jurnal per tahun baik nasional dan Internasional,” ujar sosok yang juga pintar menari Seudati ini di ruang UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal, Jalan Irian, Kompleks Unimal, Bukit Indah, Lhokseumawe.
Muhammad Daud sendiri berharap kedepan Unimal mampu berkompetisi dengan perguruan tinggi lain yang lebih besar. Ia berharap ada perbaikan kualitas pokok untuk mendapatkan peringkat yang lebih baik.
“Banyak indikator yang harus di kejar, seperti penambahan guru besar. Kita harus mendorong perguruan tinggi agar punya kebijakan meningkatkan dosen yang bergelar doktor setiap tahunnya, dan itu akan dilihat sebagai peningkatan SDM”, katanya dengan penuh harapan optimisme.
Saat ini “Syekh” Daud menjadi Pengelola Program Pascasarjana Teknik Energi Terbarukan di Unimal. Dia menjadi salah seorang tokoh kunci dalam membidani lahirnya program magister tersebut. Pengalamannya dalam pengusulan program studi ini bukanlah yang pertama kali baginya. Sebelumnya, pada tahun 2003 dia juga ikut membidani lahirnya Program Studi Teknik Informatika Unimal. Ia juga dikenal sebagai penulis jurnal yang cukup baik. Ia juga cukup sering melakukan publikasi di jurnal, yang terakhir pada International Journal of Scientific & Technology Research (Vol. 7 No. 9 tahun 2018); sebuah jurnal yang diterindeks Scopus.
Ia melakukan seperti yang ditulis di dalam puisi penyair Amerika Serikat Robert Frost, The Road Not Taken, Jalan yang Jarang dilalui. Jalan itu terhubung lurus pada nilai pengabdian demi perbaikan kualitas dan citra kampus sekarang dan nanti.[ryn]