Mensinergikan Modul Nusantara dengan Agenda Kebudayaan Daerah

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa Modul Nusantara Kelompok 3 Nahrasiyah Universitas Malikussaleh, Mohammad Faisal, menjadi pemateri dalam gelar wicara di Pro 2 RRI Lhokseumawe, Jumat (30/12/2022). Foto: Ist.

KEGIATAN Modul Nusantara yang menjadi bagian dari Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan kegiatan seni dan kebudayaan di daerah agar mahasiswa bisa terlibat aktif di dalamnya. Banyak manfaat yang dirasakan mahasiswa selama mengikuti kegiatan Modul Nusantara di berbagai kampus di Aceh, termasuk di Universitas Malikussaleh.

Selama mengikuti Modul Nusantara dalam PMM-2 sejak September 2022 lalu, sebanyak 140 mahasiswa di Universitas Malikussaleh sudah terlibat dalam berbagai kegiatan seni dan kebudayaan. Mereka juga mengikuti berbagai pertemuan kebinekaan, refleksi, dan inspirasi yang semakin menguatkan penghormatan terhadap perbedaan dan keberagaman.

Salah satu dosen pengampu Modul Nusantara di Universitas Malikussaleh, Ayi Jufridar, mengatakan kegiatan mahasiswa bisa disinergikan dengan kalender seni dan kebudayaan di daerah. “Misalnya ketika ada kegiatan seni di Museum Lhokseumawe, ada tawaran dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan agar mahasiswa kami ikut tampil. Kebetulan mereka sedang belajar tari tarek pukat. Tapi karena baru belajar, anak-anak tidak percaya diri untuk tampil,” ungkap Ayi ketika menjadi narasumber di acara dialog Numpang Nampang di Pro 2 RRI Lhokseumawe, Jumat (30/12/2022).

Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Aceh, juga menjadi kegiatan yang melibatkan mahasiswa Modul Nusantara. Mereka bisa melihat langsung bahkan terlibat dalam perayaan Maulid Nabi. Demikian juga tradisi rutin lainnya yang berlangsung di Aceh, bisa melibatkan mahasiswa agar lebih memahami serta menikmati kekayaan budaya daerah.

Mahasiswa Universitas Garut, Mohammad Faisal, menyebutkan  selama Modul Nusantara dengan 25 pertemuan di hari Sabtu dan Minggu, mereka bisa melihat kekayaan budaya Aceh. Kegiatan modul tidak hanya dipusatkan di Lhokseumawe dan Aceh Utara, juga sampai ke Takengon, Banda Aceh, bahkan Sabang.

“Saya mempelajari banyak hal selama mengikuti program Modul Nusantara. Beberapa tradisi di Aceh sama seperti daerah kami di Cirebon. Tapi dengan nama berbeda,” ungkap Faisal dalam dialog yang dipandu Robby.

Faisal yang menjadi kepala suku dari 140 mahasiswa PMM di Universitas Malikussaleh, antara lain mengungkapkan kekagumannya tentang sejarah perjuangan Cut Meutia ketika berkunjung ke rumah adat di Desa Masjid Pirak Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Faisal dkk juga melihat proses pembuatan rencong secara manual di Tanah Pasir, Aceh Utara, belajar mitigasi bencana di Museum Tsunami dan PLTD Apung di Banda Aceh, serta memahami dan menikmati peunajoh (kuliner) khas Aceh.

“Kami diperkenalkan dengan kuliner tradisional Aceh, bahkan ikut menikmatinya. Kami juga belajar tentang adat perkawinan di Aceh dan mempelajari alat musik tradisional,” kata Faisal dalam dialog Numpang Nampang siaran berjaringan Korwil 17. Tidak hanya di Lhokseumawe dan sekitarnya, siaran tersebut juga dapat didengar di Banda Aceh, Takengon, dan Meulaboh.  

Selama 25 pertemuan, mahasiswa Modul Nusantara mengikuti 14 modul kebinekaan, tujuh modul refleksi, tiga modul inspirasi, dan satu kontribusi sosial. Modul Inspirasi menghadirkan tiga narasumber yang inspiratif, antara lain Rohani Idris, pelukis disabilitas di Aceh Utara.

Menanggapi pertanyaan Robby tentang kontribusi sosial, Faisal mengungkapkan kegiatan bersama teman-temannya di Gampong Pri Kecamatan Tanah Pasir, Aceh Utara. Mereka membuat alat musik tradisi khas Aceh Utara, alee tunjang, yang hampir punah. Lamanya pembuatan lesung membuat pertemuan Kontribusi Sosial harus digelar sampai tiga kali.  “Pekerjaan membuat lesung alee tunjang, dibantu oleh seniman alee tunjang. Kami hanya bisa menangani bagian kasarnya,” ungkap Faisal yang mengharapkan pemerintah daerah bisa mendukung .

Alee tunjang merupakan kesenian tradisi khas Aceh Utara yang hampir punah. Tanpa dukungan pemerintah, kesenian tersebut hanya tinggal sejarah.

Ditanya tentang saran ke depan, Faisal mengharapkan dalam PMM-3 nanti lebih baik daripada PMM-2 dan dengan persiapan yang jauh lebih baik. “Pelaksanaan PMM-2 tentunya akan dievaluasi dan bisa memperbaiki berbagai kekurangan yang ada,” ujar mahasiswa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Aceh.

Secara terpisah, Koordinator Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Malikussaleh, Prof Dr M Sayuti, mengatakan program Modul Nusantara sudah berakhir dan mahasiswa akan meninggalkan Aceh mulai 7 Januari 2023 melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. “Semoga para mahasiswa bisa membawa kesan yang baik selama kuliah di Universitas Malikussaleh,” harapnya.[]

Sumber: KabarTamiang.com

 

  


Berita Lainnya

Kirim Komentar