UNIMALNEWS | Aceh Utara - Kelompok Meutuah Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Malikussaleh kunjungi Museum Samudera Pasai dan berziarah ke Makam Sultan Malik Al-Saleh (Malikussaleh) di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Sabtu (23/9/2023).
Kunjungan tersebut merupakan agenda kegiatan Modul Nusantara kedua setelah mereka berada di Aceh. Kegiatan yang berlangsung selama delapan jam itu dilakukan dengan mengeksplorasi dan mengulik kilas balik sejarah Kerajaan Islam pertama yang ada di Nusantara di bawah kendali Sultan Malikussaleh.
Baca juga: Cerita Kegiatan Pertama Modul Nusantara PMM di Unimal
Akmal, salah satu anggota kelompok Meutuah mengatakan ada rasa penasaran ketika mengunjungi lokasi bersejarah ini. “Kami semua sangat antusias melihat segala peninggalan sejarah yang ada di Museum dan mendengarkan sejarah kerajaan serta kilas balik kehidupan Sultan Malikussaleh,” terang Akmal melalui rilis yang diterima Unimalnews.
Ia juga mengatakan kelompoknya banyak mendapatkan ilmu baru tentang sejarah Kerajaan Islam pertama ini. “Kami menjadi lebih paham dan tahu nilai-nilai spiritual, dan semangat juang yang begitu kuat dari Sultan Malikussaleh pada saat menyebarkan agama Islam di Aceh,” ucapnya.
Sementara itu, Syaiful selaku penutur sejarah kepada mahasiswa PMM mengatakan, Sultan Malikussaleh memiliki sebutan yaitu Meurah Silu. “Pada 676 hijriah beliau dinobatkan sebagai Sultan, beliau juga merupakan orang pertama yang mendapat gelar sultan dan akhirnya bergelar Malikussaleh yang artinya Malik yang saleh. Beliau adalah Raja pertama Kerajaan Samudera Pasai,” jelasnya kepada mahasiswa PMM.
Lanjutnya, pada 800 tahun yang lalu sudah ada pendidikan yang luar biasa, hal ini terbukti karena adanya kaligrafi di setiap batu nisan dan penggunaan uang berupa emas/dirham sebagai alat transaksi.
“Diakui sebagai khalifah yang berjasa bagi penyebaran Islam di Asia Tenggara, Sultan Malikussaleh berhasil membentuk pemerintahan dan menjayakan wilayah-wilayah di dalam Kesatuan Islam. Oleh sebab itu dengan berkunjung ke makam Sultan Malikussaleh ini merupakan sebuah titik awal untuk lebih mengetahui sejarah dari Kerajaan Samudera Pasai,” tambahnya.
Pada Museum Islam Samudera Pasai, mahasiswa PMM melihat urutan dan silsilah Sultan/Sultanah yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai. Mereka juga melihat replika nisan para sultan/sultanah dan berbagai jenis-jenis nisan kerajaan dan persebarannya di wilayah Aceh Utara.
Sukarna selaku pemandu mahasiswa PMM mengatakan peninggalan yang banyak ditemui dan menjadi ciri khas di Museum ini adalah batu nisan. “Keindahan batu nisan dapat dilihat melalui bentuk dan seni ukirnya. Kaligrafi menjadi salah satu tulisan yang banyak sekali dapat dijumpai pada batu nisan Kerajaan Samudera Pasai,” katanya.
Tambahnya, berbagai peninggalan-peninggalan seperti perhiasan-perhiasan yang dipakai di zaman Kerajaan Samudera Pasai dan terdapat pula senjata-senjata tradisional khas Aceh di Museum ini. “Disini terdapat juga display pelaminan adat Aceh Utara lengkap beserta pakaian pengantin dan peralatan lain yang dipakai saat pernikahan serta menampilkan perjuangan dari Cut Meutia dan pahlawan-pahlawan nasional yang berasal dari Aceh. ,” tambahnya.
Sementara itu, Safriana selaku dosen modul menyampaikan bahwa kunjungan mahasiswa PMM ke Museum Samudera Pasai dan berziarah ke Makam Sultan Malikussaleh merupakan suatu upaya memperkaya pengetahuan sejarah bagi mahasiswa.
“Harapannya kegiatan ini dapat memperkaya wawasan mahasiswa agar dapat mengenal nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal bangsa Indonesia, khususnya yang ada di Provinsi Aceh,” pungkasnya.
Kegiatan ini diakhiri dengan merefleksikan bersama pengetahuan baru tentang sejarah Kerajaan Islam Samudera Pasar sembari bersantai. Setelah itu mahasiswa PMM menikmati Sie Kameng yang merupakan salah satu kuliner khas Aceh. [fzl]