Gerakan BEM ke Arah Lebih Rasional

SHARE:  

Humas Unimal
Zulfadli MSi, dosen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh. FOTO; IST

Menjadi mahasiswa bukan cita-cita otomatis oleh seluruh anak negeri setelah tamat sekolah menengah. Dengan kondisi pendidikan nasional yang belum cukup baik dalam skala global, mereka yang mendapatkan keberuntungan untuk kuliah hanya sekitar 11 persen dari seluruh angkatan sekolah di Indonesia (Kompas.com - 21/05/2017).

Jadi jika Anda termasuk dari sedikit penduduk Indonesia yang beruntung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, harus disyukuri dengan doa berlipat. Begitu banyak lulusan sekolah menengah atas yang tidak tertampung, baik karena kurang biaya, tidak memiliki akses, atau bahkan tidak memiliki keinginan untuk meneruskan jenjang pendidikan formalnya.

Tulisan ini tidak mempermasalahkan keberuntungan itu, karena itu bukanlah sebuah masalah. Namun artikel ini adalah sebagai penggugah agar sedemikian rupa kesempatan itu dapat menjadi peluang yang dipergunakan secara efektif sehingga kampus ini menghasilkan sarjana-sarjana yang baik.

Masa kuliah sama sekali berbeda dengan ketika kita mengenakan seragam putih abu-abu. Di antara begitu banyak perbedaan yang ada maka yang segera dapat didefinisikan adalah perbedaan dalam kemandirian dan tanggung jawab.

Secara teknis nantinya dalam menyelesaikan kuliah, semua mahasiswa diberikan hak untuk merancang dan melaksanakannya. Berapa beban mata kuliah yang akan diambil, jenis mata kuliah apa yang didalami, serta berbagai pilihan-pilihan akademik lainnya. Tidak ada satupun yang peduli dengan rencana anda, sepanjang tidak menyalahi aturan atau bermasalah.

Kebebasan ini menjadi lebih jelas ketika mahasiswa dihadapkan berbagai pilihan untuk ikut terlibat dalam kegiatan ekstra-kurikuler ( bagi yang ingin terlibat). Anda akan sangat mandiri dalam menentukan segalanya, dan tentu saja kemandirian itu akan menuntut sebuah tanggung jawab. Secara sederhana tanggung jawab atas masa studi, tanggung jawab atas nilai-nilai , dan lebih jauh lagi tanggung jawab terhadap masyarakat, tanggung jawab sosial. Sebuah kemandirian yang bertanggung jawab akan menghasilkan sinergi bagi mahasiswa dalam mengenyam pendidikan tingginya. Sehingga hasilnya akan positif bagi semua orang.

Wujud Kemandirian dan Tanggung Jawab

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan salah satu bentuk kegiatan ekstra kulikuler yang dimiliki perguruan tinggi, termasuk di Universitas Malikussaleh. Jenjangnya ada dari tingkat fakultas hingga universitas.  

Sebagai wakil eksekutif mahasiswa, BEM menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh Majelis atau Dewan Permusyawaratan Mahasiswa berdasarkan aturan-aturan yang terkandung dalam Statuta Universitas. Dulunya Dewan legislatif mahasiswa disebut dengan  Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Kebijakan-kebijakan itu diimplementasikan melalui media program tahunan yang disusun oleh BEM.

Di sinilah letak relevansi antara kemandirian dan tanggung jawab. Kemandirian dalam menyusun program-program tersebut serta tanggung jawab dalam mengimplementasikannya. BEM sebagai organisasi kemahasiswaan janganlah sekedar diposisikan sebagai media kritis belaka yang hanya bisa mengkritik kebijakan-kebijakan penguasa serta protes terhadap ketimpangan kondisi sosial masyarakat.

Namun, organisasi kemahasiswaan ini haruslah menjadi organisasi pelopor perubahan ke arah yang lebih baik. Suatu organisasi pelopor adalah organisasi yang berani menumbuhkembangkan ide-ide rasional meskipun berlawanan arus dengan kondisi sesungguhnya. Ide-ide rasional yang dimaksud adalah solusi-solusi yang anda berikan guna keluar dari kondisi krisis tertentu atau suatu permasalahan.

Bersikap Rasional

BEM dalam kondisi seperti ini keberadaannya lebih bersifat rasional, dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Jadi, bertindaklah rasional melalui media BEM dengan membuat program-program yang mendukung perubahan ke arah yang lebih baik dan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Yang pasti jika Anda memanfaatkan kesempatan yang luar biasa ini berarti anda telah ikut mengembangkan diri sendiri seoptimal mungkin, mengingat masa-masa kuliah dan masa-masa anda terlibat dalam organisasi kemahasiswaan merupakan masa-masa krusial dalam kehidupan seseorang, masa-masa persiapan sebelum ia terjun ke masyarakat untuk mengemban tanggung jawab tertentu.

Sebagai ilustrasi klasik, satu hal yang jangan anda lupakan bahwa banyak pemimpin kita yang berasal dari dunia yang Anda geluti sekarang ini, mahasiswa dan aktivis BEM, namun mereka tidak dapat berbuat lebih rasional guna keluar dari berbagai krisis.

Menurut filsuf Jerman, Thomas Kuhn, sesungguhnya perubahan dan lompatan paradigma pengetahuan selalu dilakukan oleh mereka yang berpikir rasional, objektif, dan kritis. Bagi yang gagal memaksimalkan daya kritis dan rasionalnya hanya akan digiling oleh mesin sejarah dan hilang dalam semesta.

 

Penulis adalah dosen Hukum Internasional FH Universitas Malikussaleh & Kepala Bidang Protokoler UPT Kehumasan dan Kerjasama Eksternal.


Berita Lainnya

Kirim Komentar