Menjaga Imunitas tubuh di masa karantina Covid-19

SHARE:  

Humas Unimal
Ghisca Chairiyah Ami, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh

Oleh: Ghisca Chairiyah Ami

Dunia sekarang dihantam Pandemi Koronavirus (Covid-19). Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Melansir data dari Worldometers, hingga 7 Mei 2020 pagi, tercatat 3.810.744 kasus Covid-19 tersebar di 214 negara dengan jumlah korban meninggal dunia 264.021 jiwa.

Sementara Indonesia berada di urutan 30 besar bersanding dengan negara lain seperti Ukraina, Bangladesh hingga Korea Selatan. Wabah Covid-19 di tanah air telah merenggut merenggut 895 jiwa dari 12.438 warga terkonfirmasi positif dan 2.317 jiwa diantaranya dinyatakan sembuh. Untuk melindungi diri dari paparan virus corona, masyarakat dunia telah banyak menjalankan langkah pencegahan yang utama. Sebut saja, dengan berdiam diri di rumah, menjaga jarak dari orang lain, hingga rajin mencuci tangan. Pemerintah Indonesia pun turut menerapkan kebijakan tersebut dalam mencegah penularan virus mematikan ini. Penting untuk menjadi catatan bahwa belum ada vaksin untuk mencegah Covid-19. Sehingga langkah pencegahan lebih dimaksimalkan untuk meredamnya. Selain langkah pencegahan, satu hal lagi yang krusial untuk dilakukan adalah menjaga sistem imun atau daya tahan tubuh agar tetap sehat. Mengukur imun sehat atau tidak pun tentu sulit dilakukan. Yang terpenting, kita harus menghindari paparan virus tersebut, serta menjaga imun tubuh tetap sehat dan fit.

Cara menjaga sistem imun tetap sehat melawan virus corona terlihat sepele namun vital, caranya bisa berjemur, istirahat yang cukup, menjaga waktu tidur dan menjaga pola makan yang sehat. Lebih utama dianjurkan pada orang yang diduga terinfeksi virus corona akibat interaksi langsung dengan pasien positif maupun memiliki riwayat perjalanan dari negara yang terpapar pandemi mematikan tersebut. WHO telah menetapkan masa karantina sebagai protokol kesehatan yang wajib dijalani oleh mereka yang diduga terpapar virus ini.

Dikutip dari situs resmi Universitas Padjadjaran, Dosen sekaligus peneliti dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unpad Dr Mia Miranti Rustama mengungkapkan masa karantina yang telah ditetapkan yakni 14 hari berdasar pada estimasi periode inkubasi dari virus corona yang memicu penyakit Covid-19. Dijelaskannya awal infeksi virus corona terjadi antara 2 hingga 7 hari setelah seseorang terpapar virus. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi. Seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik. 

Nah, di masa karantina inilah kita dituntut untuk tetap menjaga sistem imun agar tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Menjaga sistem imun tubuh sangatlah mudah yaitu dengan menjalankan prinsip gizi seimbang. Berdasarkan organisasi internasional FAO (Food and Agriculture Organization) prinsip gizi seimbang adalah Mengonsumsi makanan beragam, Membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, dan Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB).

Prinsip pertama yakni mengonsumsi makanan beragam. Artinya semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok yang mengandung karbohidrat (beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, sagu dan produk olahannya), lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani (daging sapi, daging kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya dan pangan sumber protein nabati (kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain). Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah dan proporsinya sudah benar? Tidak. Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Contohnya, saat ini dianjurkan untuk mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin dan mineral. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak menular seperti diabetes, dianjurkan untuk dikurangi.

Prinsip kedua dengan membiasakan perilaku hidup bersih, dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh yang diterapakan pada masa Covid-19 ini adalah selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan virus.

Ketiga, melakukan aktivitas fisik artinya aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci, mengepel, naik turun tangga dan lain-lain.

Keempat, mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya. Selain prinsip gizi seimbang diatas, membiasakan minum air putih yang cukup dan aman juga sebaiknya diterapkan. Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak dapat memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar duapertiga dari berat tubuh kita adalah air. Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan mengatur jumlah masukan air dan keluaran air yang seimbang.

Ghisca Chairiyah Ami adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh yang sedang mengikuti KKN di bawah bimbingan Harinawati MA

Artikel ini telah terbit di Harian Padang Ekspress Edisi hari Sabtu, 9 Mei 2020

 


Kirim Komentar