Teknologi Informasi dan Semangat Perubahan

SHARE:  

Humas Unimal
Siti Navisa Rahmah, siswa SMA Negeri 1 Tanah Jamno Aye, Aceh Utara.

Oleh Siti Navisa Rahmah

ACEH merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia bagian barat. Terletak di ujung utara pulau Sumatera dengan julukan sebagai kota Serambi Mekkah. Bicara soal Provinsi Aceh pasti terlintas di pikiran kita tentang budayanya yang sangat khas dan sangat kental akan adat-istiadatnya Aceh masa dulu berbeda dengan sekarang.

Puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjadi bukti Aceh tatkala itu sangat dipuji oleh dunia (1606-1636 M) khususnya bidang pendidikan. Aceh menjadi salah satu pusat perkembangan ilmu pengetahuan di kawasan Asia Tenggara. Sehingga banyak warga Negara luar belajar ke Aceh terutama Malaysia.

Seolah kita terlena dengan kejayaan di masa lampau hingga membuat kita lupa diri. Kondisi hari ini, pelajar Aceh yang menimba ilmu ke negeri Malaysia. Sadarkah kita bahwa pendidikan di Aceh sangat tertinggal jauh dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia.

Hasil terendah
Hal ini terungkap dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) yang merilis hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK SBMPTN) 2020 yang menerangkan Provinsi Aceh menempati posisi terendah di tingkat nasional.

Dalam laporan tersebut dijabarkan penilaian rata-rata Tes Potensi Skolastik (TPS) siswa sekolah dari seluruh provinsi di Indonesia yang mengikuti UTBK SBMPTN. Kemampuan tersebut meliputi empat penilaian yaitu penalaran umum, pemahaman bacaan dan menulis, pengetahuan dan pemahaman umum serta pengetahuan kuantitatif.

Pendidikan Aceh hari ini berada pada peringkat 27 dari 34 provinsi se-Indonesia. Hal ini terjadi Karena rendahnya kualitas guru yang mengakibatkan lemahnya mutu pendidikan di Aceh. Berbagai macam upaya dilakukan oleh pemeritah agar kualitas guru di Aceh setara dengan di provinsi lain. Seperti dilaksanakannya Uji Kompetensi Guru (UKG). Apakah hal itu sudah efektif? Apakah dengan mengadakan UKG permasalahan pendidikan di Aceh dapat terselesaikan?

Tentu saja tidak semudah itu, dilaksanakannya UKG sangat membantu, tetapi ada banyak faktor lain yang ikut menyertai rendahnya taraf pendidikan di Aceh. Faktor itu antara lain kurangnya kesadaran diri siswa untuk mengasah kemampuan agar mendapatkan tujuan atau cita-cita yang diraih.

Selain itu, dukungan dan motivasi dari orang tua menjadi salah satu faktornya. Mengapa demikian? Karena orang tua sangat berperan penting di rumah untuk memberikan semangat, motivasi, nasihat atau arahan untuk anak agar memiliki keinginan kuat untuk belajar sehingga cita-cita yang diharapkan dapat tercapai.

Dengan begitu para pelajar sekolah menengah sangat diharapkan untuk mengembangkan dan membentuk karakter yang positif, kreatif, inovatif, dan selangkah lebih maju. Pelajar yang hebat dan cerdas akan terus menggali dan mencari ilmu pengetahuan dari berbagai sumber. Tidak hanya dari buku namun juga media elektronik.

Di zaman era digital dewasa ini, ilmu dapat dicari dimana pun, dan kapan pun. Banyak hal positif yang dapat kita peroleh dari media elektronik. Misalnya memperhatikan tayangan atau video pembelajaran sehingga mendukung proses belajar di sekolah. Saat pandemi sekarang ini semua sekolah menerapkan belajar secara daring (online). Semua siswa dianjurkan untuk belajar di rumah. Harapan guru, para siswa dapat secara pandai, bijak, dan kreatif dalam memanfaatkan media elektronik salah satunya gadget.

Pembelajaran secara daring seharusnya bias lebih mudah dan nyaman karena metode pembelajarannya dapat dilakukan dengan bersantai di rumah. Tetapi semua itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan dikarenakan banyak siswa mengabaikan tugas yang diberikan guru.

Metode belajar daring yang semula diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran di masa pandemi justru dapat mengakibatkan kualitas pembelajaran menurun dari sebelumnya. Oleh karena itu, dukungan dan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan agar dapat memajukan pendidikan di Aceh ke depan.

Tanggung jawab bersama
Kemajuan pendidikan di Aceh bukan hanya tugas pemerintah, tugas guru, tugas sekolah. Namun merupakan tugas kita bersama sebagai anak bangsa. Ayo para pelajar berikan yang terbaik agar kita bisa memajukan bangsa. Bangsa yang maju dan sejahtera dimulai dari kita sendiri. Mulai dari sekarang cobalah untuk peduli terhadap pendidikan. Jadilah pelajar yang berkarakter, berprestasi, dan membanggakan.

Menghargai guru menjadi salah satu kunci untuk memperoleh keberkahan dan kemudahan. Serta memberi kelancaran untuk kita dalam menuntut ilmu. Agar pembelajaran yang kita ikuti menyenangkan kita dapat membaca salah satu buku dengan judul “Menjadi Sekolah Terbaik” yang diterbitkan oleh Tanoto Foundation pada 2014. Buku ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh si penulis yang berisi informasi dan tips bermanfaat dalam proses pembelajaran.

Semua orang bisa berperan serta dalam memajukan pendidikan. Negara memang wajib menyediakan pendidikan dasar yang bermutu bagi warga negaranya. Tetapi semua kembali kepada diri kita masing-masing. Jika kita ingin menerapkan perbaikan dan perubahan semuanya akan terwujud. 

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Harapan kita, agar pendidikan Aceh segera menjadi lebih baik.[]

***

Siti Navisa Rahmah, siswa SMA Negeri 1 Tanah Jamno Aye, Aceh Utara. Pemenang favorit kategori siswa Lomba Menulis Artikel "Harapan Perubahan Aceh" yang digelar Universitas Malikussaleh dan didukung Mubadala Petroleum, Premier Oil, dan SKK Migas.


Berita Lainnya

Kirim Komentar