Dies Natalis Ke-52 Tahun Unimal di Puncak Burni Telong

SHARE:  

Humas Unimal
Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra Asean Eang dan Kabid Informasi dan Publikasi UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal, Ayi Jufridar melentangkan bendera Dies Natalis Unimal ke-52 di puncak Gunung Burni Telong Kabupaten Benar Meriah. Foto: Bustami Ibrahim

PERSIAPAN tim ekspedisi Universitas Malikussaleh untuk mendaki Gunung Burni Telong tidak sia-sia. Sebelumnya berbagai latihan dilakukan, dari jalan jarak jauh hingga 16 KM, jarak dekat di lingkungan kampus Bukit Indah dengan mendaki sejumlah bukit, itu pun dilakukan tidak hanya sekali, bahkan sampai 5 kali latihan.

Pada Sabtu (29/5/2021), penulis bersama 51 tim ekspedisi Hiking Gunung Burni Telong memulai langkah dari Kota Lhokseumawe dengan menumpangi Bus sekitar pukul 7:00 WIB pagi, ada juga yang menumpangi truk yang membawa 1.000 bibit pohon untuk ditanami di kawasan kaki gunung itu.

Sekitar Pukul 13:20 WIB kami sampai di pos Ranger, yang merupakan pos untuk memulai pendakian. Disana kami makan siang dan melakukan penghijauan dengan menanam 1.000 pohon yang dipimpin oleh Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra.

Kemudian kami briefing untuk memulai pendakian. Pukul 14:30 WIB kami memulai perjalanan, ada sekitar 51 orang yang mengikuti kegiatan itu yang terdiri dari 37 orang dari dosen, tenaga pendidikan, 15 orang mahasiswa pencinta alam, 3 orang pendamping (ranger). Yang menariknya lagi, ada 6 orang dosen Unimal yang tergabung dalam hiking Burni Telong adalah perempuan, diantaranya Kurniawati,  Dwi Fitri, Idawati, Warnidah, Likdanawati, Maisura Rugayah.

Perjalanan tersebut melewati kebun kopi menuju Pinto Rimba yang sebagian jalannya sudah di tempel batako. Pinto Rimba ini menurut warga setempat merupakan pertanda batasan utama mulai memasuki belantara merapi Burni Telong.  Maka setiap orang yang mau melanjutkan perjalanan harus mengumandangkan Adzan dan berdoa terlebih dahulu untuk memohon keselamatan dari pendakian ini. Sehingga sebagian tim yang sampai disana pun beristirahat sejenak.

Kemudian, Riski Saputra salah seorang mahasiswa dari Umpal Universitas Malikussaleh mengumandangkan Adzan.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan yang terlihat berjejeran seperti semut, sesekali berhenti karena lelahnya pendakian, namun kelelahan itu terbayar dengan berbagai suara hewan liar dan pepohonan besar di lintasan jalan setapak yang dipenuhi semak-semak belukar serta udara yang begitu segar.

Kami pun sampai di shelter satu pada pukul 15:45 WIB, dan terlihat sepenggal tulisan yang diselipkan di salah satu pohon berisikan himbauan 'Jangan buang sampah sembarangan' yang dibuat Mapala Universitas Malikussaleh. Beberapa mahasiswa Umpal turun kejuran dengan membawakan beberapa jerigen, ternyata di bawah sana ada mata air (mata ie).

Setelah istirahat sejenak sambil menunggu kawan-kawan yang tertinggal, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. “Untuk sampai shelter 3 itu dua kali lipat dari perjalanan pinto rimba ke shelter 1,” kata ketua umum Umpal, Irhamna Ikhwan.

Untuk sampai ke shelter 3, berarti butuh waktu 2 jam lebih, tak patah semangat, semua tim tetap melanjutkan perjalanan sambil menikmati alam yang dipenuhi pohon-pohon besar. Perjalanan shelter 2 dan 3 banyak tantangan yang ditemukan, dari jalan yang harus menggunakan tali, hingga melewati pohon besar yang tumbang akibat hujan deras.

Sekitar pukul 17.00 WIB sebagian dari kami sampai di shelter 3, yang merupakan tempat penginapan dengan menggunakan tenda perkemahan, berselang satu jam, semua peserta hiking Burni Telong sampai di perkemahan shelter 3. Ada 12 tenda penginapan yang didirikan.

Setiap tenda di huni oleh empat orang. Namun di shelter 3 tidak memiliki mata air dari bumi selain bekal yang dibawa dari pos ranger. Malam yang semakin larut dan sebagian tim hiking mulai tidur, ada juga yang duduk di dekat api unggun hingga persiapan untuk mendaki puncak gunung Burni Telong tiba, dan diperkirakan membutuhkan waktu tiga jam perjalanan.

“Sebelum melanjutkan pendakian, kami memilih beristirahat di shelter 3, disini terlihat lapang, dan ada bekas-bekas perkemahan, dan kami pun membuat api unggun sambil menikmati segelas kopi dan ada juga yang meminum teh,” kata Dr Marbawi salah seorang lelaki tangguh pendaki gunung yang sudah berusia senja.

Sekitar pukul 03:00 WIB pagi, kawan-kawan Hiking Unimal mulai berangkat mendaki puncak gunung sambil membawa satu buah senter di kepala. Sekitar 100 meter lebih dari tempat perkemahan terdapat pinto angen (pintu angin), disitu terlihat para pendaki mulai lelah dan ada yang tertinggal dengan jarak hingga 50 meter bahkan menyerah dalam pendakian.

Tanjakan kian menantang, kawan-kawan memanfaatkan ranting kayu sebagai alat bantu mendaki dengan melewati medan yang  semakin ekstrim, kami mulai menjejaki bebatuan merapi tanpa ada hutan-hutan belantara lagi, yang ada hanya tumbuhan setinggi pinggang orang dewasa. Jarak pandang pun terasa lebih jauh dari sebelumnya. Kami terus melakukan pendakian walaupun beberapa teman beristirahat sejenak karena kelelahan.

Kamipun tiba di sebuah gua yang tak jauh lagi dari puncak, dan diperkirakan sekitar 200 meter lagi. Kawan-kawan kembali ambil nafas dan tancap gas untuk mendaki, anak tangga dan satu tali menyambut kami. Satu persatu tim hiking melewati bebatuan besar itu yang menutupi goa tadi. Sekitar pukul 05:30 WIB pagi kami pun sampai di puncak.

Sesampai di puncak, salah seorang mahasiswa dari Umpal, Muzakir Kamal mengumandangkan Adzan, sujud syukur pun dilakukan oleh Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra. Harapan tim heking tidak lain bisa mengibarkan bendera merah putih dan bendera Dies Natalis Unimal yang ke-52. Selain itu, pendaki juga berharap bisa menikmati matahari terbit dari ketinggian 2.600 mdpl. Tapi sayangnya, pada pagi itu kabut yang begitu lebat menyelimuti puncak gunung, hingga kami tidak bisa menikmati matahari terbit, bahkan sampai ke pinto angen, kabut masih menyelimuti gunung, pemandangan Kota Bener Meriah pun tak bisa kami nikmati.

Semoga Unimal makin hebat dan terus menjadi referensi pendidikan di dunia. [Bustami Ibrahim]


Kirim Komentar