Menurunnya Peminat di Sekolah Negeri

SHARE:  

Humas Unimal
Juni Ahyar, M.Pd, dosen Universitas Malikussaleh dan pengamat pendidikan. Foto: Ist.

Oleh Juni Ahyar, M.Pd

JUMLAH peminat di sekolah negeri terus menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Orang tua murih lebih memilih sekolah swasta mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, sampai Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Atas. Fenomena ini harus menjadi perhatian para pemangku kepentingan dan dibutuhkan sejumlah perbaikan di sekolah negeri.

Amatan penulis selama ini, ada beberapa penyebab fenomena berkurang peminat di sekolah negeri. Perihal tersebut memang cukup mengejutkan. Banyak spekulasi terkait dengan hal tersebut.

Ada yang mengalami kejenuhan orang tua murid menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Ada juga terkait suksesnya program Keluarga Berencana. Namun beberapa menunjukkan adanya ketidakpercayaan orang tua terhadap kualitas pendidikan di sekolah negeri. Akibatnya, banyak wali murid memilih sekolah swasta seperti Islam Terpadu IT dan sekolah kejuruan.

Kekurangan murid tersebut menjadi menjadi tanda bahwa bagi sekolah negeri sehingga harus ada evaluasi besar-besaran untuk berbenah.

6 Faktor
Berdasarkan amatan penulis, setidaknya ada lima faktor yang menyebabkan menurunkan jumlah  peserta didik di sekolah negeri. pertama, adalah fasilitas di sekolah negeri yang selalu kalah bersaing dengan sekolah swasta. Hal tersebut terlihat dari bangunan infrastruktur sekolah swasta yang lebih bagus dan memadai.

Banyak kondisi bangunan di sekolah negeri mengalami kerusakan dan mendapati siswa dalam jumlah yang sedikit. Hal yang menjadi alasan orangtua untuk tidak memasukkan anaknya ke sekolah negeri adalah dari faktor keamanan dan kenyamanan. Tentu saja wali murid tidak menginginkan anak tersebut dalam kondisi berbahaya. Di sekolah swasta biasanya didukung dengan tenaga pengamanan dengan standar memadai sehingga lebih nyaman bagi peserta didik.

Penyebab kedua adalah pertimbangan kualitas guru di sekolah swasta yang relatif lebih baik.  Hal tersebut tercermin dari prestasi siswa di sekolah tersebut. Dalam beberapa perlombaan baik untuk tingkat lokal maupun nasional, peserta dari sekolah swasta lebih mampu berprestasi.

Jika sekolah swasta dapat memberikan kualitas terbaik untuk anaknya maka mereka akan memasukkannya ke sekolah swasta. Sehingga anaknya dapat berkembang menjadi lebih baik. Sekolah negeri lebih banyak diajar oleh guru yang memiliki status pegawai negeri. Dari hal tersebut status pegawai juga menjadi faktor penghambat meningkatnya kreativitas.

Selain itu, sekolah negeri memiliki guru yang berusia senja sehingga sulit untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Akibatnya, guru negeri jarang terlibat kompetensi peningkatan mutu guru, baik yang digelar Kementerian maupun pihak lain.

Ketiga, sekolah negeri bernaung pada dua instansi yakni Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama. Keduanya juga bersaing dengan sekolah swasta. Penyebab banyak sekolah negeri sepi peminat adalah sekolah negeri terkesan kaku karena harus mengikuti peraturan dan regulasi dari pemerintah.

Kepala sekolah negeri tidak dapat melakukan terobosan karena sudah dibatasi oleh sistem. Berbeda dengan sekolah swasta yang memiliki otoritas manajerial dan mengutamakan profesionalisme dibandingkan unsur politis.

Keempat, pemerintah menggelontorkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada semua sekolah. Sejak saat itu sekolah swasta maupun negeri menerima jumlah dana berdasarkan jumlah siswa. Sehingga masyarakat tidak merasa terbebani pembiayaan. 

Kelima, sekolah negeri mulai mengembangkan ekstrakurikuler keagamaan sebagai penambah nilai spiritual pada anak didik mereka. Kebanyakan orang tua menginginkan anaknya tidak sekadar pandai dalam pelajaran saja, tetapi juga memiliki akhlak, pekerti yang baik, dan mengerti agama.

Orang tua menginginkan lembaga sekolah yang memiliki nilai plus. Sedangkan sekolah swasta telah memiliki pendidikan agama secara berkelanjutan bukan hanya di ekstra saja, tetapi dalam pembelajaran harian rutin.

Selain itu, juga memiliki pengembangan akademik di bidang lainnya. Bukan hanya agama saja namun juga skill lainnya seperti teknologi. Sekolah harus benar-benar berinovasi agar mampu keluar dari rutinitas biasanya dan lebih aktif kembali.

Dalam momen belajar virtual seperti saat ini, sekolah haruslah mencari celah untuk berinovasi metode belajar yang baru. Apalagi proses belajar mengajar secara online ini masih sangat panjang meski jumlah warga yang positif Covid-19 kian melandai.

Terakhir, kurang promosi sekolah negeri dibandingkan swasta yang lebih gencar melalui berbagai media. Promosi sangat penting dalam sebuah lembaga termasuk sekolah banyak sekolah negeri minim promosi sehingga wali murid kurang informasi dari sekolah negeri baik tingkat SD, SMP, dan SMA. Padahal promosi sekolah dapat diartikan sebagai upaya memperkenalkan sekolah kepada calon siswa atau orang tua calon siswa dalam rangka mendapatkan perhatian agar di masa mendatang mereka dapat menjadi siswa sekolah tersebut.

Benahi segala lini
Sekolah negeri harusnya lebih unggul dibandingkan swasta karena mendapatkan dukungan sepenuhnya dari pemerintah. Pembenahan harus dilakukan dari segala lini, termasuk dalam mempromosikan keunggulan sekolah. Sekolah harusnya mendata apa saja yang menjadi kelebihan yang bisa ditawarkan kepada calon siswa atau orang tua calon siswa. Bisa juga dengan mencari kekhawatiran apa yang dialami calon siswa atau orang tua calon siswa ketika akan memilih sekolah dan sekolah anda bisa menjadi jawaban atas keraguan mereka.

Dalam rangka membuat materi promosi sekolah hendaknya diperhatikan hal-hal seperti progil guru dan tenaga kependidikan, fasilitas unggulan sekolah, program unggulan sekolah (akademik dan non-akademik), kultur atau lingkungan sekolah (muatan lokal), suasana dan kreativitas kegiatan belajar mengajar, prestasi akademik maupun non-akademik.

Keenam hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan calon siswa atau orang tua calon siswa terhadap sekolah. Sehingga hal ini diharapkan mampu meningkatkan pendaftaran siswa di sekolah negeri.[]

Juni Ahyar, M.Pd, pemerhati pendidikan, dosen di Universitas Malikussaleh.

 

 


Kirim Komentar