Bidikmisi Membuka Ruang Asa Bagi Keluarga Tak Mampu

SHARE:  

Humas Unimal
Muhammad Irwan, alumni mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh.

Muhammad Irwan

Penuh sesak dan riuh di ruang  sakral yang biasa digunakan untuk yudisium mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tak banyak yang kukenal dari mereka kecuali beberapa orang senior dan beberapa teman seangkatan yang masih tersisa.

Saya termasuk salah satu mahasiswa yang kelulusannya agak sedikit lebih lama dibandingkan mahasiswa Bidikmisi ideal lainnya, yang biasanya dapat selesai dalam waktu kurang dari empat tahun. Mereka yang dituntut hanya belajar dan melupakan hal-hal lain, termasuk kemewahan menjadi mahasiswa.

Bukannya tidak menginginkan lulus tepat pada waktu bahkan dengan predikat yang sempurna. Sungguh banyak orang menginginkan itu. Namun, seiring berjalannya waktu, harapan kadang menjadi pelangi di tepi senja. Diinginkan tapi kerap lepas dari genggaman. Setelah tak bisa menyelesaikan tepat waktu, Saya mengubah haluan harapan, bahwa yang penting kuliah tetap selesai meskipun tidak Cum Laude.

Saya mengisi waktu kuliah dengan bekerja, bahwa ketika akhirnya lulus Saya telah memiliki pengalaman. Bekerja sambil kuliah juga menjadi petuah dari senior. Rugi saja lulus Cum Laude tapi tak terbuka pada pikiran baru dan siap dengan tantangan. Lebih baik lulus dengan segudang pengalaman dibanding lulus tepat waktu tapi nihil pengalaman.

Atas dasar itulah tahun pertama kuliah Saya targetkan menjadi tahun organisasi. Tidak cukup hanya belajar soft-skill di balik meja kuliah tanpa networking yang baik. Kuliah ini saatnya membangun relasi sebanyak-banyaknya untuk mendukung mimpi. Tidak tanggung-tangguang, Saya mengikuti lima organisasi di fakultas dan satu organisasi universitas.

Di fakultas saya terlibat mulai dari staf Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKO) dan kemudian menjadi ketua di organisasi ini, staf Desain Grafis (UKM Seni), staf Penulisan Karya Tulis Ilmiah (UKM KSM-CM), Ketua BEM FISIP Unimal, dan Creatif Officer  Jaroe Aceh Youth Community (JAY-C). Aya juga terhimpun ke dalam Keluarga Mahasiswa Bidik Misi (KAMADIKSI). Tidak hanya aktif di kampus, sebagai penerima Beasiswa Bidikmisi, Saya pun berusaha untuk optimal berkontribusi di Bidikmisi. Saya menjadi mahasiswa Bidikmisi Prestasi Unimal mewakili beberapa ajang perlombaan tingkat nasional

Konsisten dengan komitmen, bahwa tidak hanya di organisasi, Saya harus baik dalam nilai akademik. Membagi waktu antara berorganisasi dengan dunia akademik tidaklah mudah. Namun, Alhamdulillah, Saya dapat juga mencapai IP 3,73 pada semester pertama. Tidak cukup buruk jika dilihat sebagai mahasiswa yang mencoba mengimbangi dengan dunia organisasi.

Setiap detik hari di tahun kedua ini begitu berarti. Puluhan kepanitiaan even Saya ikuti di sela waktu senggang, dari skala lokal hingga skala nasional. Banyak hal baru yang dipetik di tahun berikutnya. Hal yang paling berharga adalah ketika mendapatkan pelajaran hidup dan sosialisasi. Saya bisa berbaur dengan teman-teman yang memiliki tipikal “berseberangan”. Melalui BEM FISIP, Saya diajarkan tentang berbagi dan arti persahabatan.

Beberapa bulan yang lalu adalah bulan penuh pergulatan. Usai sidang lalu revisi sembari mengurusi persyaratan- persyaratan yudisium yang begitu pelik, saya telah berada di gerbang kelulusan. Tak lami lagi wisuda akan menjadi titik inisiasi Saya di dunia nyata. Syarat yudisium yang banyak pun tak menjadi penghalang bagi Saya untuk menyelesaikannya. Jika problem substansi akademik untuk menyelesaikan skripsi bisa kita lalui, apatah lagi hanya menyelesaikan masalah administrasi yudisium.

Selama menjadi mahasiswa Saya merasakan banyak hal di perjalanan ini. Terkadang lunglai-rapuh, perlu kekuatan dan kesabaran untuk menjalaninya. Faktor yang membuat Saya bertahan di perjalanan akademik ini adalah orang tua. Wajah mereka kerap kali menyambangi di pelupuk mata dan menjadi energi yang menggeret antusiasme dan semangat bak roller coaster, yang membuat Saya  bisa terus melaju walau harus putar-putir dan bolak-balik menghadapi masalah.

Demikian pula, bahwa sebagai mahasiswa penerima Bidikmisi Saya juga patut bersyukur kepada masyarakat Indonesia, terutama bagi wajib pajak yang telah memungkinkan anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Seperti diungkap oleh Minke dalam Bumi Manusia pendidikan bisa membuat kita melihat banyak perbedaan di dunia dan memperjuangkannya demi keadilan dan kemanusiaan orang banyak.

Kini karena Bidikmisi banyak impian bisa diukir menjadi kenyataan. But, the battle is so far from ending. Perjuangan harus dilanjutkan agar sukses kuliah juga bisa berarti dalam sukses pekerjaan dan mengabdi bagi bangsa dan negara.[]

Muhammad Irwan, alumni mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh.

 


Kirim Komentar