Irma Yunita
Kearifan lokal (local wisdom) merupakan inti sari positif atas kebudayaan pada suatu daerah, yang berupa pemikiran, nilai-nilai, kepercayaan, legenda, dongeng, mitos, permainan rakyat, kuliner dan lain sebagainya. Ia juga merupakan suatu sistem pengetahuan sebuah kelompok masyarakat yang dilestarikan secara turun temurun.
Kearifan lokal lahir sesuai dengan tantangan hidup masyarakat setempat dan berdasarkan kebutuhan hidup kelompok masyarakat tersebut. Seperti kearifan lokal yang ada di desa penulis sendiri, Desa Alue Seulaseh Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya. Ada satu tradisi yang biasanya diselenggarakan oleh masyarakat setempat ketika hasil panen para petani yang berasal dari gunung wilayah tempat mereka tinggal hasilnya begitu banyak dan melimpah ruah, lalu tradisi ini yang disebut dengan khanuri gunong atau kenduri gunung.
Khanuri gunong ini dijalankan oleh masyarakat yang mata pencahariannya berasal dari gunung, seperti hasil dari tanaman pala, jahe, kunyit, nilam dan lainnya. Hal ini menyebabkan masyarakat lokal saja yang dapat memahami tradisi khanuri gunong ini karena tidak setiap daerah atau gampong yang ada di Aceh memiliki wilayah pegunungan.
Penulis tertarik mengulas pengetahuan masyarakat lokal mengenai tradisi khanuri gunong ini sehingga dapat memberikan pemahaman tentang sistem pengetahuan khanuri gunong kepada seluruh pembaca, serta memperkenalkan kearifan lokal yang ada di desa penulis sendiri kepada seluruh elemen masyarakat yang ada di Indonesia.
Khanuri gunong merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarakan suatu kelompok masyarakat yang melakukan tasyakuran, berdoa bersama, masak dan makan bersama dengan ikut mengundang anak yatim dan warga masyarakat. Kegiatan atau aktivitas ini pun dilakukan di wilayah pegunungan, namun lokasi kegiatan ini dipilih di lereng gunung yang tidak terlalu jauh agar banyak masyarakat untuk dapat bergabung dengan khanuri ini, baik itu anak-anak, remaja, maupun orangtua.
Kegiatan khanuri gunong ini tergolong pada sistem kepercayaan dan sistem pengetahuan masyarakat Gampong Alue Seulaseh. Khanuri gunong dilakukan sebagai tasyakuran kepada Tuhan atas hasil gunung yang mereka dapatkan dari bertani di gunung, seperti pala, nilam, kunyit, jahe, pinang, buah-buah kayu, sayuran dan lain sebagainya. Tujuan utama diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk berbagi rezeki kepada yang membutuhkan dan makan bersama-sama yang memiliki nilai kesatuan atau kekompakan dengan sesama masyarakat setempat, maka tentunya tradisi kanuri gunong ini sangat berkesan dan sangat cocok untuk terus diselenggarakan.
Kearifan lokal pada tradisi khanuri gunong ini hanya diselenggarakan oleh para warga yang memiliki gunung, namun pada saat khanuri gunong tersebut banyak warga yang boleh hadir apabila mereka tertarik untuk bergabung. Melalui tradisi khanduri gunong masyarakat Desa Alue Seulaseh, penulis memperkenalkan sistem kepercayaan dan sistem pengetahuan masyarakat setempat kepada seluruh pembaca yang ada. Pada acara khanuri gunong ini biasanya diundang anak yatim untuk berhadir di sana, selain diberikan berbagai makanan yang lezat, anak yatim tersebut juga diberi uang santunan yang cukup. Semua anak-anak yang ada di gampong juga diundang untuk menikmati makanan yang ada, lalu mereka pun diberi uang jajan. Penulis sendiri telah merasakan bagaimana seru dan berkesannya khanuri gunong ini di waktu kecil dulu. Selain mendapat makanan enak dan uang jajan, kita juga bisa mendapatkan pengalaman seru dan tak terlupakan, karena kita dapat memilih untuk pergi mendaki gunung ramai-ramai bersama teman-teman. Selain itu sambil makan bersama, kita pun dapat menikmati indahnya pemandangan dari atas gunung, sungguh suatu anugerah yang sangat indah. Penulis bersyukur pernah ikut merasakan kebahagiaan tersebut.
Di samping itu ada hal yang paling penting dari penyelenggaraan kegiatan khanuri gunong ini yang tak boleh dilupakan, yaitu berdoa bersama. Berdoa bersama pun dilakukan di tempat khanuri sebagai rasa syukur dari semua masyarakat kepada Allah yang telah memberi rezeki yang berlimpah kepada semuanya. Prosesi doa bersama pun dilakukan pertama sekali sebelum dilakukannya kegiatan makan bersama, setelah itu dilanjutkan acara makan bersama dan kemudian dilanjutkan dengan pembagian santunan kepada anak yatim dan pemberian uang jajan kepada seluruh anak-anak gampong Alue Seulaseh.
Setelah seluruh rangkaian acara selesai tidak lupa pula dilakukan pembersihan dan pemungutan sisa sampah hasil khanuri gunong ini, lalu sampah tersebut pun dibakar agar tidak mencemari lingkungan di sekitaran gunung. Keseluruhan rangkaian acara khanuri gunong ini menunjukkan rasa syukur masyarakat setempat terhadap Allah SWT yang telah memberikan karunia yang besar atas rezeki, anugerah alam dan seluruh sumber daya yang ada, selain itu nilai kebersamaan dan kekompakan yang terus dijunjung oleh masyarakat setempat dapat memberikan contoh baik kepada kaum muda dan generasi yang ada di gampong Alue Seulaseh terhadap arti penting dari nilai-nilai kebersamaan tersebut.
Bagi penulis kearifan lokal ini sangat layak untuk terus dipertahankan agar ada suatu keunikan dan kekhasan dari Desa Alue Seulaseh tersendiri. Peran orang tua diperlukan untuk mengayomi dan mengajarkan pola dan nilai pengetahuan yang sama dari tradisi khanuri gunong ini kepada pemuda setempat, lalu pemuda setempat gampong Alue Seulaseh ini sangat diperlukan sebagai penggerak penggiat tradisi khanuri gunong ini pada masa selanjutnya.
Irma Yunita, Mahasiswi Antropologi FISIP Universitas Malikussaleh. Peserta KKN PKP di bawah dosen pembimbing lapangan (DPL) Ichsan, LC, MEI.