Riset Etnograf Budaya Aceh, Unimal Gelar FGD Dengan Tokoh adat

SHARE:  

Humas Unimal
Foto :ist

 

UNIMALNEWS | Lhokseumawe- Dalam upaya menghasilkan referensi tentang keberadaan tentang suku-suku Tempatan (host ethnics) dan juga budaya, Universitas Malikussaleh menggelar Focus Diskusi Group (FGD), yang berlangsung di Kampus Lancang Garam, Lhokseumawe, Senin (12/9/2022).

Kegiatan yang bertema " Riset Etnografi : Daya Resilensi dan Adaptasi Suku-Suku Tempatan (Host ethnics) di Aceh Pasca Konflik dan Tsunami", tersebut dibuka oleh Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Dr.Muhammad Daud.

Hadir pada acara tersebut, unsur dari Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara serta pegiat seni dan juga dari akademisi di Lhokseumawe.

Kegiatan dengan menghadirkan Moderator Ayi Jufridar tersebut berlangsung seru dan antusias dari peserta FGD. Sejumlah isu tentang budaya dengan berbagai bentuk dan jenis mulai dari kuliner, seni tari, dialek bahasa hingga sejarah sangat direspon dan berlangsung alot.

Pemantik diskusi T.Kemal Fasya M.Hum mengatakan bahwa, begitu banyak seni dan budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat Aceh. Sejumlah seni dan budaya tersebut tersebar diberbagai daerah dan memiliki persamaan akan tetapi juga banyak perbedaannya.

Oleh karena itu, melalui diskusi dimaksud diharapkan dapat diperoleh sebuah referensi penting terhadap keberadaan seni dan budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat Aceh. 

Dari unsur MAA Aceh Utara Tgk.HM. Yusuf mengatakan, bahwa dari segi kuliner tradisional sangat beragam dan juga banyak jenisnya. Akan tetapi didaerah lain ada juga jenis kuliner tradisional yang sama. 

Oleh karena itu, perlu dikembangkan juga jenis-jenis kuliner tradisional yang pernah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat untuk tetap dilestarikan, termasuk cara oenyajian dan lain sebagainya, ungkapnya.

Sementara itu, dari unsur MAA Lhokseumawe Tgk.H. Abdul Jalil, ikut menambahkan bahwa nilai adat dan budaya yang ditinggalkan oleh para orang tua, bertujuan untuk dipahami sebagai salah satu nilai-nilai hidup yang berkembang.

Oleh karena itu, lanjut Tgk.Jalil lagi, keterangan dan referensi budaya dapat digali kembali dari sumber-sumber yang mengetahui dan juga para orang tua agar dapat di peroleh informasi yang terpercaya.

Di akhir kegiatan, T.Kemal Fasya mengharapkan, dari kegiatan diskusi tersebut diharapkan dapat menghasilkan sebuah kesimpulan referensi adat dan budaya serta karakteristik seni sesuai dengan daerah yang ada di Aceh. Sehingga semakin memperkaya khasanah pengetahuan kebudayaan bagi generasi mendatang.(mcl) 

 


Berita Lainnya

Kirim Komentar